Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah diminta terus berhati-hati untuk memitigasi sejumlah risiko dari ketegangan politik antara China dan Taiwan.
Kepala Ekonom Bank Rakyat Indonesia (BRI), Anton Hendranata, mengatakan, pemerintah perlu belajar dari kasus geopolitik Rusia dan Ukraina, meski sampai saat ini Indonesia bisa memitigasi risiko yang ada.
“Situasi ini perlu belajar dari Rusia dan Ukraina. Sampai saat ini Indonesia cukup mampu mengatasi,” tutur Anton dalam agenda Tanya BKF: Capaian Perekonomian dan Mitigasi Risiko Global ke Depan, Senin (8/8).
Baca Juga: China-Taiwan Memanas, Menkeu Sri Mulyani Khawatirkan Ini
Anton berharap, tensi geopolitik antara China dan Taiwan tidak separah Rusia dan Ukraina. Menurutnya, jika ketegangan dua negara tersebut terus berlanjut, dikhawatirkan harga chip akan semakin mahal.
“Masalah Chip yang kemungkinan mahal, paling krusial bagi Indonesia adalah kebutuhan basic need-nya,” jelasnya.
Untuk diketahui, melansir dari Kementerian Perdagangan, China dan Taiwan merupakan mitra dagang utama Indonesia. Tercatat dari Januari hingga Mei ekspor Indonesia ke China sebesar US$ 23,6 miliar, dan pangsa ekspor Indonesia ke Taiwan hingga Juni 2022 mencapai US$ 3,3 miliar.
Baca Juga: Khawatir Ketegangan di Taiwan Meluas, ASEAN Siap Fasilitasi Dialog Damai
Lalu, impor China ke Indonesia tercatat sebesar US$ 26,9 miliar, dan impor Taiwan ke Indonesia tercatat sebesar US$ 2,1 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News