kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.491.000   15.000   1,02%
  • USD/IDR 15.835   20,00   0,13%
  • IDX 7.196   61,44   0,86%
  • KOMPAS100 1.106   12,55   1,15%
  • LQ45 877   9,19   1,06%
  • ISSI 220   3,21   1,48%
  • IDX30 449   5,23   1,18%
  • IDXHIDIV20 541   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,64   1,31%
  • IDXV30 135   1,63   1,22%
  • IDXQ30 149   1,31   0,89%

Kerja Sama Ekonomi Indonesia-China Meningkat, Ekonom Ingatkan Risiko Tinggi


Selasa, 19 November 2024 / 22:01 WIB
Kerja Sama Ekonomi Indonesia-China Meningkat, Ekonom Ingatkan Risiko Tinggi
Presiden Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden China Xi Jinping, di Balai Agung Rakyat, Beijing. Pada pertemuan ini, kedua pemimpin menandatangani sejumlah nota kesepahaman mengenai kemitraan strategis, sebagai wujud komitmen bersama kedua negara untuk mempererat persahabatan dan memajukan kesejahteraan bangsa. Foto: Instagram @presidenrepublikindonesia


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hubungan ekonomi antara Indonesia dan China meningkat signifikan selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hal ini mencakup berbagai aspek seperti perdagangan, investasi, hingga utang, menurut Ekonom Senior Bright Institute, Awalil Rizky.  

Awalil menjelaskan, jika digabungkan dengan Hong Kong, dominasi China dan Hong Kong terhadap ekonomi Indonesia semakin nyata. 

"Dalam hal kemitraan ini, Indonesia memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan China," ungkap Awalil dalam webinar Untung Rugi Dagang dengan China, Selasa (19/11).   

Awalil menyoroti bahwa ketergantungan Indonesia pada China membuat risiko ekonomi Indonesia lebih besar. 

Baca Juga: Ekonom Bright Institute Sebut Porsi Impor Nonmigas RI dari China Capai 35,60%

Sebaliknya, bagi China, Indonesia hanya salah satu mitra penting, namun tidak terlalu menentukan kondisi perekonomiannya. “Karena kita sangat bergantung dengan China,” ujarnya. 

Meski demikian, Awalil melihat peluang dari hubungan ini, khususnya melalui penggunaan mata uang lokal, rupiah dan yuan. Ia menilai perdagangan dan investasi menggunakan mata uang lokal dapat mengurangi biaya dibandingkan menggunakan dolar AS.  

"Maka kita lihat pada pemerintahan Prabowo ini yang menginginkan untuk masuk BRICS, salah satunya terkait dengan mata uang,” jelasnya.  

Namun, Awalil mengingatkan agar Indonesia tetap berhati-hati dalam keterlibatannya dengan BRICS. Menurutnya, ketergantungan Indonesia pada China membuat masa depan ekonomi Indonesia lebih terkait dengan China daripada BRICS.  

Baca Juga: Melihat Peluang Saham Komoditas Pasca Kemenangan Donald Trump, Ini Rekomendasinya

Ia juga menyoroti potensi reaksi dari negara-negara OECD, khususnya Amerika Serikat, mengingat investasi, pasar uang, dan cadangan devisa Indonesia masih sangat bergantung pada negara-negara tersebut.  

“Maka apakah jika kita bergabung dengan BRICS risiko ini sudah diperhitungkan? Atau pemerintahan Prabowo ini jago berdiplomasi dengan masuk keduanya dan mengambil untung dari keduanya,” ucapnya.  

Selanjutnya: Daya Beli Berpotensi Pulih, Cek Rekomendasi Saham Erajaya (ERAA)

Menarik Dibaca: 7 Aroma Parfum Sesuai Kepribadian, Aroma Woody Artinya Apa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective [Intensive Boothcamp] Financial Statement Analysis

[X]
×