kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.194   6,00   0,04%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Kerja sama dagang RCEP akan diteken akhir 2016


Minggu, 27 Desember 2015 / 23:29 WIB
Kerja sama dagang RCEP akan diteken akhir 2016


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kementerian Perdagangan menargetkan perjanjian kerja sama regional comprehensive economic partnership (RCEP) dapat ditandatangani pada November 2016 depan. Dengan demikian, kerja sama yang bertujuan meningkatkan efisiensi ekspor tersebut diharapkan bisa diimplementasikan mulai Januari 2018.

Bachrul Chairi, Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan mengatakan, di sela-sela rapat World Trade Organitation (WTO) di Kenya pada pertengahan Desember lalu, pihaknya juga menggelar diskusi mengenai RCEP dengan menteri-menteri negara Asean. "Sudah sepakati langkah-langkah untuk penyelesaian negosiasinya, kami targetkan akan selesai pada akhir 2016," kata dia, pekan lalu, Rabu (23/12).

RCEP merupakan perjanjian tindak lanjut dari free trade agreement (FTA) negara-negara Asean dengan enam negara mitra, yakni China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan New Zeland.

Menurut Bachrul, lewat kerja sama RCEP, diharapkan industri di dalam negeri akan meningkat daya saingnya. Pengusaha Indonesia bisa memanfaatkan bahan baku dari negara mitra sebagai kandungan lokal untuk kemudian diproses nantinya dijadikan sebagai produk ekspor.

Ia mengatakan, produk ekspor tersebut akan mendapatkan fasilitas bea masuk di negara-negara mitra. "Kami optimistis ekspor di kawasan Asean dan negara mitra yang selama ini hanya sekitar 20% akan meningkat hingga 60%," ujar Bachrul.

Donna Gultom, Direktur Kerja Sama Asean Kementerian Perdagangan menjelaskan, selama ini penerapan Asean-China FTA kurang bisa dimanfaatkan pengusaha nasional karena sulit bersaing di pasar China lantaran pungutan bea masuk. Ia memisalkan, Indonesia kesulitan ekspor ke China karena terganjal persyaratan kandungan lokal mengingat banyak bahan baku produk yang diimpor dari Korea Selatan dan India.

Nah, dengan kerja sama RCEP ini, seluruh mitra bisa memasukkan bahan sebagai kandungan lokal sehingga nantinya saat diekspor ke negara anggota mendapat fasilitas bebas bea masuk. "Indonesia nantinya bisa mengembangkan produk elektronik yang bahan bakunya dari China untuk diekspor ke India misalnya," ujar dia, Minggu (27/12).

Menurut Donna, saat ini perundingan RCEP sudah menyepakati modalitas. Nantinya pada Januari 2016 mendatang, akan ada perundingan lagi terkait request and over alias keinginan masing-masing negara terkait komoditas yang diinginkan untuk dibuka pasarnya.

Ia menambahkan, direncanakan perundingan akan berlangsung lima putaran lagi, sehingga penandatanganan perjanjian dapat digelar di Viantiane, Laos. "Kalau akhir 2016 bisa ditandatangani, kami targetkan proses ratifikasi akan berlangsung setahun sehingga bisa implementasi pada Januari 2018," ujar dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×