kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kenaikan optimisme konsumen tak dongkrak konsumsi


Rabu, 08 Maret 2017 / 20:40 WIB
Kenaikan optimisme konsumen tak dongkrak konsumsi


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa optimisme konsumen Februari 2017 meningkat. Namun, peningkatan tersebut tak sejalan dengan optimisme konsumen terhadap penghasilan saat ini maupun enam bulan ke depan.

Ekonom Maybank Indonesia Juniman melihat, ekspektasi konsumen terhadap proyek-proyek infrastruktur dan padat karya membuat optimisme konsumen terhadap lapangan pekerjaan meningkat.

Namun di sisi lain, potensi kenaikan inflasi di tahun ini yang disebabkan oleh kenaikan tarif-tarif yang diatur pemerintah menyebabkan kenaikan harga barang lainnya. Oleh karena itu, penghasilan yang diterima masyarakat belum bisa menkompensasi potensi kenaikan inflasi tersebut

Akibatnya, indeks penghasilan saat ini maupun indeks ekspektasi penghasilan enam bulan ke depan disebabkan oleh inflasi mengalami penurunan. "Penghasilan yang dia terima tidak bisa mengejar itu (kenaikan harga). Sehingga penghasilannya berkurang dan itu yang membuat daya beli turun," kata Juniman kepada KONTAN, Rabu (8/3).

Di sisi lain, ia mengakui bahwa penjualan kendaraan bermotor menunjukkan perbaikan. Namun perbaikan tersebut disebabkan oleh perbaikan penghasilan masyarakat penghasil komoditas. Mengingat harga komoditas di tahun ini juga membaik dibanding tahun lalu.

Juniman melanjutkan, berdasarkan survei konsumen yang dilakukan BI tersebut menunjukkan bahwa kenaikan optimisme konsumen belum bisa ikut menarik kenaikan daya belinya.

"Optimisme tidak dibarengi kenaikan daya beli akhirnya sulit berkembang. Karena yang penting daya beli. Kalau hanya optimisme sama saja bohong," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×