Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah justru melemah pasca Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa bank sentral memutuskan untuk menaikkan bunga acuannya (BI 7-day Reverse Repo Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5%, Kamis (17/5) kemarin.
Berdasarkan referensi kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah melemah ke level Rp 14.107 per dollar Amerika Serikat (AS), dari sehari sebelumnya yang masih di level Rp 14.074 per dollar AS.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan mengatakan, kenaikan BI 7-day Reverse Repo Rate bukan berarti langsung menguatkan kurs rupiah. Sementara pelemahan yang terjadi dinilai Anton, lantaran saat ini merupakan masa-masa permintaan terhadap dollar AS meningkat, salah satunya repatriasi ke luar negeri yang membuat rupiah masih tertekan.
Sebagai contoh, pada Selasa (15/5) lalu, ada pembayaran jatuh tempo surat berharga negara (SBN) yang jumlahnya cukup besar, mencapai Rp 46 triliun. Sementara hasil lelang surat berharga syariah negara (SBSN) yang dimenangkan di hari itu hanya Rp 4,05 triliun.
"Jadi rupiah tidak terserap. Kami enggak tahu persisnya yang investor asing yang SBN yang jatuh tempo berapa. Tapi mungkin juga karena mereka sudah dapat rupiah, mereka ke luar dulu sehingga permintaan dollar masih tinggi," kata Anton kepada KONTAN, Jumat (18/5).
Ditambah lagi, imbal hasil (yield) US Treasury yang naik melebihi 3% sehingga indeks dollar AS (DYX) juga meningkat. Anton memperkirakan, tekanan rupiah masih akan berlangsung hingga Juni nanti.
Menurutnya, BI masih perlu melihat kondisi di Juni nanti. Jika memutuskan untuk menaikkan kembali bunga acuan bulan depan, Anton menilai waktunya cukup pendek lantaran Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI baru akan dilakukan di akhir Juni.
Makanya, "Forecast kami kenaikan baru akan terjadi di kuartal ketiga, mungkin di Juli sebesar 25 bps lagi," tambah dia. Anton memperkirakan, kondisi rupiah di akhir tahun masih bisa menguat di bawah Rp 14.000 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News