Reporter: Irma Yani |
BANDUNG. Pengaturan bahan bakar minyak (BBM) subsidi yang direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ini, diyakini akan berimbas pada laju inflasi. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pengaturan BBM subsidi bisa mendorong laju inflasi sebesar 0,8% hingga 1,6% dari asumsi.
Kepala Biro Riset Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, jika alternatif pembatasan BBM subsidi dilaksanakan di Jawa-Bali, maka akan menyumbang inflasi sekitar 0,8%. "Tapi ini bergantung pada harga pertamax berapa, kalau dengan kondisi sekarang maka sumbangannya sekitar 0,8%," ucapnya, akhir pekan lalu.
Namun, lanjutnya, jika alternatif kenaikan harga BBM dan solar bersamaan, maka sumbangsihnya kepada inflasi akan mencapai 1,6%. "Tergantung berapa besar kenaikan BBM. Kalau naik Rp 500 per liter, maka sekitar 1,2%-1,6% sumbangan inflasinya," jelasnya.
Menurut Juda, transmisi dari dampak dua kebijakan tersebut bersifat langsung maupun tak langsung. Untuk kenaikan harga BBM bersubsidi biasanya akan langsung diikuti dengan kenaikan tarif angkutan umum yang dilanjutkan pada kenaikan harga barang lain (second round effect).
"Sedangkan dampak tidak langsungnya melalui ekspektasi inflasi, yang biasanya telah direspon oleh pelaku pasar saat kebijakan baru diumumkan," tandasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, tantangan stabilitas makro lainnya ialah derasnya arus modal masuk. Guna memitigasi dampaknya, otoritas moneter telah melakukan sejumlah kebijakan, yakni mempertahankan suku bunga acuan BI di level 6,75%, memberi ruang penguatan rupiah guna meredam imported inflation dan melakukan kebijakan makro prudensial untuk mendukung kebijakan suku bunga dan mengendalikan arus modal masuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News