kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.929   1,00   0,01%
  • IDX 7.180   38,89   0,54%
  • KOMPAS100 1.103   7,53   0,69%
  • LQ45 872   6,12   0,71%
  • ISSI 221   1,16   0,53%
  • IDX30 445   2,31   0,52%
  • IDXHIDIV20 536   1,54   0,29%
  • IDX80 127   0,74   0,59%
  • IDXV30 134   0,46   0,35%
  • IDXQ30 148   0,48   0,33%

Kementerian PUPR sebut pandemi tingkatkan penggunaan air bersih di masyarakat


Senin, 22 Maret 2021 / 22:08 WIB
Kementerian PUPR sebut pandemi tingkatkan penggunaan air bersih di masyarakat
ILUSTRASI. Minum air


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perubahan perilaku masyarakat karena ada instruksi penerapan protokol kesehatan menyebabkan konsumsi air bersih meningkat.

Direktur Bina Teknik Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Eko Winar Irianto menuturkan, kenaikan kebutuhan air bersih tidak hanya di Indonesia tetapi juga misalnya di Jerman.

"Ada tren peningkatan kebutuhan air bersih misalnya pada konsumsi air domestik atau rumah tangga maka dengan adanya pandemi saat ini atau bahkan mungkin hal yang lain yang sifatnya pandemi adanya kebijakan work from home," kata Eko dalam Webinar yang digelar Indonesia Water Institut (IWI) pada Senin (22/3).

Berdasarkan data dari IWI, Eko menambahkan bahwa, total konsumsi air bersih sebelum pandemi di tahun 2013 adalah 415-615 liter per hari per rumah. Sementara setelah pandemi pada tahun 2020 itu mencapai 995 - 1.415 liter per hari per rumah tangga.

Baca Juga: Pandemi Covid-19, kerek omzet produsen AMDK

"Data Indonesia Water Institut, untuk cuci tangan atau katakanlah untuk sanitasi individu itu sebelumnya hanya 4 sampai 5 liter per orang per hari, menjadi sekitar 20 sampai 25 liter per orang per hari pada saat pandemi. Tentunya ini jadi kenaikan sampai 4 sampai 5 kali lipat ini juga tentu harus jadi perhatian kita," imbuhnya.

Lebih lanjut, perbandingan konsumsi air domestik atau rumah tangga pada tahun 2019 adalah 15,41 meter kubik per bulan pada sekitar 11,9 juta pelanggan. Kemudian pada tahun 2020 terjadi kenaikan peningkatan pemakaian air sekitar 16 meter kubik lebih perbulan dan peningkatan pelanggan menjadi 13,3 juta pelanggan.

Selanjutnya pada konsumsi air non domestik, dengan adanya kebijakan work from home, pada sektor industri, jasa, hotel dan sebagainya terjadi penurunan konsumsi air non domestik. Eko memberi contoh pada kawasan Jakarta terjadi perubahan pola konsumsi air bersih untuk sektor komersial dan sektor industri yang berkurang 5,57% dari sebelum pandemi.

Baca Juga: Cari penghasilan tambahan di masa pandemi, berikut 4 cara yang bisa Anda coba

Kemudian dengan meningkatnya konsumsi air bersih di masa pandemi, Eko menjelaskan, 24,84% air permukaan sudah dapat dimanfaatkan. Dimana potensi air yang dapat dimanfaat 691,3 miliar meter kubik per tahun.

"Ini sepertiga atau seperempat dari total potensi air yang ada di Indonesia. Tapi manfaatan terbesar adalah air irigasi sekitar 79,6% atau mendekati 80% penggunaan untuk irigasi," kata Eko.

Selain itu, adapula potensi air tanah yang ada di Indonesia baik dari cekungan air tanah (CAT) maupun non cekungan air tanah (Non CAT). Saat ini terdapat 421 CAT dengan potensi air 500 miliar meter kubik per tahun. Pemakaian air tanah dari CAT di Indonesia ialah 47,2% kemudian yang diambil dari non CAT yaitu 52,8%.

Eko mengatakan, upaya pihaknya dalam mengatasi krisis air selama pandemi dan bencana yang terjadi, sudah disusun dalam penetapan target utama Direktorat Sumber Daya Air tahun 2020-2024.

Diantaranya, penyelesaian target-target bendungan, penyediaan air baku, peningkatan kapasitas air baku, peningkatan untuk irigasi dan rawa misalnya, pembangunan jaringan irigasi sekitar 500.000 hektar.

Selanjutnya, pengendalian daya rusak air atau pengendalian banjir dan pengamanan pantai di sepanjang 2.100 kilometer. Tidak ketinggalan, penanganan drainase utama perkotaan. Kemudian juga ada pembangunan sabo dam penanganan dampak gunung berapi. Dan pengendalian lumpur Sidoarjo dengan peningkatan tanggul sepanjang 10 kilometer.

Baca Juga: 4 Cara mencari penghasilan tambahan di masa pandemi

Terkait peningkatan kapasitas tampung dalam upaya mengatasi krisis air, Eko menyebut sudah ada 18 bendung yang selesai. Adapun kapasitas volume tampung total keseluruhan bendungan sekitar 1,1 miliar meter kubik, dengan layanan irigasi sekitar 116.000 hektar dan air baku sekitar 7,24 meter kubik per detik.

"Selanjutnya adalah 13 bendungan yang nantinya Insyaallah diharapkan selesai pada tahun 2021, sehingga kapasitas tampung akan meningkat 730 juta meter kubik dan irigasi yang dilayani bisa tambah 134.000 hektar dan air baku akan meningkat jadi 5,83 meter kubik per detik dari yang sebelumnya sudah ada," ungkapnya.

Selanjutnya: KLHK memprediksi Juklak dan Juknis FABA PLTU akan terbit pada April 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×