kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenperin pantau penerapan IOMKI saat PPKM level 4 di industri manufaktur


Senin, 26 Juli 2021 / 18:35 WIB
Kemenperin pantau penerapan IOMKI saat PPKM level 4 di industri manufaktur
Dirjen ILMATE Kemenperin Taufiek Bawazier (tengah) meninjau proses produksi perusahaan baja PT AM/NS Indonesia di Cibitung, Bekasi, Senin (26/7).


Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - BEKASI. Bekasi. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memantau secara langsung penerapan protokol kesehatan serta Izin Operasional dan Mobilisasi Kegiatan Industri (IOMKI) di sejumlah sektor industri manufaktur yang tergolong kritikal atau esensial. 

Selain untuk mendorong percepatan penanganan dan pengendalian pandemi Covid-19, langkah strategis ini juga diharapkan dapat menjaga aktivitas produksi di sektor industri, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor.

“Pemantauan ini sekaligus menyosialisasikan penerbitan Surat Edaran Menteri Perindustrian Nomor 3 Tahun 2021 tentang Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri pada Masa Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier siaran pers hari ini, Senin (26/7).

Taufiek menjelaskan, industri baja merupakan salah satu sektor strategis karena produksinya dijadikan sebagai bahan baku untuk menopang sejumlah aktivitas sektor lainnya. Oleh karena itu, industri baja punya peran penting atau sering disebut juga sebagai mother of industries.

Baca Juga: Bantu ringankan beban rumah sakit, Kemenperin siapkan 500 fasilitas isoman

Sebagaimana diketahui, dalam kondisi pandemi, utilitas PT AM/NS Indonesia tetap berjalan 100% karena mendukung pasar ekspor, termasuk ke Amerika Serikat. Saat ini, ekspornya mencapai 13.000 ton di bulan Juni 2021 atau meningkat dibandingkan bulan Januari sebanyak 2.000 ton untuk produk CRC dan baja lapis. 

"Guna memacu kinerja sektor industri baja, kami terus berupaya untuk menjaga ketersediaan bahan baku serta mengatasi kesulitan logistik dari shipping company,” papar Taufiek.

Lebih lanjut Taufiek menyatakan bahwa pihaknya mengapresiasi PT AM/NS Indonesia yang gencar melakukan ekspor di tangah dampak pandemi. Sebab, produk baja Indonesia mudah masuk ke pasar Amerika Serikat dan Eropa. Sementara dari China, Vietnam, dan India lebih sulit, karena ekspor baja Indonesia tidak kena hambatan perdagangan dari pasar Eropa dan Amerika.  

"PT AM/NS Indonesia sebagai salah satu industri baja di tanah air yang menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin. Selain itu, perusahaan sudah melaksanakan program vaksinasi Gotong Royong tahap pertama yang diikuti sebanyak 397 pekerja, yang juga dipantau dalam laporan IOMKI," ujar Taufiek. 

Kontribusi signifikan

Di samping itu, industri baja selama ini memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional, mulai dari peningkatan pada investasi, penyerapan tenaga kerja, hingga sumbangsih nilai ekspornya. 

Pada kuartal I-2021, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya merupakan kelompok penyumbang terbesar pada penanaman modal di sektor manufaktur dengan nilai mencapai Rp 27,9 triliun atau berkontribusi 12,7%).

Berikutnya, pada Januari-Maret 2021, nilai ekspor industri logam dasar tercatat sebesar USD5,87 miliar atau naik 7% dibanding capaian di periode yang sama tahun lalu mencapai USD5,48 miliar. “Artinya, industri baja terus memberikan kontribusi besarnya bagi penerimaan devisa, terutama dalam proses hilirisasi atau peningkatan nilai tambah bahan baku di dalam negeri,” jelas Taufiek.

Meskipun di tengah hantaman dampak pandemi Covid-19, permintaan terhadap produk baja di pasar ekspor mengalami peningkatan hingga kuartal pertama tahun ini seiring dengan berjalannya kegiatan kontruksi. 

"Hampir seluruh negara mengalami penurunan produksi baja pada tahun 2020 karena dampak pandemi. Namun hal tersebut tidak terjadi di beberapa negara, seperti China yang produksinya justru meningkat 5,2%. Berikutnya, produksi baja di Turki meningkat 6%, Iran meningkat 13%, dan Indonesia mampu meningkat hingga 30,25% dibandingkan pada 2019," paparnya. 

Seiring dengan kebijakan substitusi impor sebesar 35% pada tahun 2022 yang diinisiasi oleh Kemenperin, Indonesia berhasil menekan impor baja hingga 34% pada tahun 2020 dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Selanjutnya: Kemenperin bangun engineering center perkuat industri TIK tanah air

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×