kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   10.000   0,66%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kemenpar akan lebih mendorong business traveler


Kamis, 16 Januari 2020 / 16:32 WIB
Kemenpar akan lebih mendorong business traveler
ILUSTRASI. Warga berebut gunungan pada perayaan Grebeg Sekaten 2019 Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (9/11/2019). Pihak Keraton menghadirkan dua pasang gunungan laki-laki dan perempuan untuk diperebutkan warga dalam puncak perayaan


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan akan mulai melirik business traveler. Hal ini dilakukan untuk mengejar salah satu target yang ditetapkan Kemenpar, seperti mendorong lama tinggal (length of stay) wisatawan asing di Indonesia.

"Kita sedang mengejar business traveler. Jadi, semua meeting-meeting akan dikawinkan dengan paket leisure, misalnya meeting di Medan, leisure ke Aceh atau ke Padang," ujar Asisten Deputi Investasi Pariwisata Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Hengky Manurung, Kamis (16/1).

Baca Juga: Hadir di Jakarta, Bobobox siap ekspansi ke kota besar lainnya

Tahun ini, Kemenpar menargetkan, dari target wisatawan asing sebanyak 17 juta, ada sekitar 25% hingga 30% yang merupakan business traveler. "Jadi kalau 17 juta wisman, sekitar 5 juta adalah busines traveler," tambah Hengky.

Menurut Hengky, selama ini Indonesia baru mengedepankan leisure traveler dibandingkan busines traveler. Padahal, bila melihat dari segi pengeluaran, biaya yang dikeluarkan busines traveler jauh lebih besar dibandingkan business traveler.

Dengan fokus pada lama tinggal wisatawan, Hengky mengaku akan ada perubahan pada devisa dari sektor pariwisata. Namun, Henky belum bisa memprediksi berapa besar pendapatan yang bisa dihasilkan dari business traveler ini.

Baca Juga: Pebisnis Hotel Siap Buka Kamar di Ibu Kota Baru

Wakil Ketua Umum Promosi dan Pemasaran PHRI Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Budi Tirtawisata mengakui, selama ini kontribusi business traveler baru mencapai 25% dari total wisatawan asing di Indonesia. Padahal, 25% tersebut baru merepresentasikan kurang dari 5% business traveler.

Lebih lanjut, dia menjelaskan kualitas wisatawan di industri Meeting Incentive Conference and Exhibition (MICE) ini lebih tinggi. Dari sisi pengeluaran, leisure traveler mengeluarkan sekitar US$ 150 dolar per hari dengan rata-rata waktu tinggal selama 7 hari.

Sementara business traveler bisa mencapai US$ 2.000 per wisatawan dengan lama tinggal selama 4 malam. Biaya yang lebih tinggi ini disebabkan adanya biaya pertemuan dan biaya tambahan untuk penambahan waktu tinggal selama 1-2 malam. "Jadi kalau kita lihat bisa US$ 450 sampai US$ 500 dolar per hari," kata Budi.

Baca Juga: Dafam Hotel Management lirik potensi Ibukota baru

Meski begitu, Budi pun mengatakan untuk meningkatkan business traveler maka 3 hal yang perlu ditingkatkan yakni atraksi, amenitas dan aksesibilitas. Tak hanya itu, Budi pun mengatakan sumber daya manusia juga perlu ditingkatkan untuk mendorong pariwisata di Indonesia.

"SDM yang terampil itu penting, karena kita berkompetisi dengan negara lain di mana masing-masing negara ingin mendatangkan turis ke negaranya masing-masing," ujar Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×