kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenkes Dorong Industri Dukung Upaya Preventif Promotif Kesehatan


Jumat, 25 November 2022 / 19:34 WIB
Kemenkes Dorong Industri Dukung Upaya Preventif Promotif Kesehatan
ILUSTRASI. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong industri turut aktif dalam pengembangan upaya preventif-promotif kesehatan. ANTARA FOTO/Fauzan/YU


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong industri turut aktif dalam pengembangan upaya preventif-promotif kesehatan. Hal ini untuk mendukung upaya pemerintah mendeteksi dini suatu penyakit.

"Para CEO harus masuk ke bisnis yang sifatnya promotif preventif karena itu yang akan didorong oleh Kementerian Kesehatan," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam Kompas100 CEO Forum, Jumat (25/11).

Budi mencontohkan terkait upaya screening. Mulai dari screening yang sederhana, screening kolesterol, screening gula darah, hingga screening hipertensi.

Budi menjelaskan, anggaran kesehatan pada tahun lalu sekitar Rp 206 triliun - Rp 208 triliun. Lalu tahun ini anggaran kesehatan sekitar Rp 136 triliun.

Baca Juga: Buka Seleksijpt.go.id, Kemenkes Buka Lowongan Kerja Direksi Rumah Sakit Pemerintah

"Saya sebagai menteri cita citanya, anggaran kalau bisa turun, outcome-nya naik," ucap Budi.

Budi mengatakan, dari anggaran Rp 136 triliun, alokasi anggaran belanja barang dan jasa sekitar Rp 60 triliun sampai Rp 80 triliun. Pemerintah komitmen membelanjakan Rp 47 triliun dari produk dan jasa dalam negeri.

"Tahun depan kita mau naikkan menjadi Rp 60 triliun. 2024 kalau bisa sudah 80%-90% dari total belanja kita dari belanja dalam negeri," ujar Budi.

Selain itu, pemerintah berkomitmen meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, memperkuat sistem ketahanan kesehatan, bahan baku obat, dan vaksin.

"Beli vaksin mungkin Rp 4 triliun- Rp 5 triliun impor, kalau kita bisa menemukan produksi dalam negeri, kita beli produksi dalam negeri," ujar Budi.

Selain itu, pemerintah membutuhkan pendidikan dokter dan pendidikan perawat. Sebab, Indonesia masih kekurangan ribuan dokter dan ribuan perawat spesialis.

Baca Juga: Realisasi Belanja Kesehatan Turun 34,8% Per Oktober, Karena Kasus Covid Terkendali

"Misalnya untuk operasi pasang ring perawatnya beda, kemoterapi itu perawatnya beda, itu kita sekolah sekolahnya pasti akan dibutuhkan," terang Budi.

Selanjutnya, adanya peluang dalam pengembangan teknologi kesehatan. Pemerintah mendorong reformasi di platform information technology kesehatan.

"Terakhir teknologi kita di biotechnology kesehatan. The future of medicine kan arahnya kesana nanti. Akan lebih presisi diagnostickya, terapetiknya dan treatmentnya lebih presisi. Apa sih yang bermasalah dengan tubuh kita sebenarnya at the smallest level," pungkas Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×