Reporter: Risky Widia Puspitasari | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemerintah belum menetapkan adanya pelarangan bagi warga Indonesia untuk pergi ke Arab Saudi terkait merebaknya Virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
"Belum ada larangan, kami tetap berkoordinasi dengan yang lain soal virus ini," ujar Wakil Menteri Kesehatan, Ali Gufron kepada KONTAN, Kamis (8/5).
Kementerian Kesehatan juga telah melakukan berbagai upaya antisipasi. Seperti memfungsikan alat scan untuk orang yang baru tiba di Indonesia. "Alat itu diletakkan di bandara dan pelabuhan laut," kata Gufron.
Pemerintah juga telah mengirimkan surat edaran ke dinas kesehatan dan rumah sakit untuk terus mensosialisasikan kepada masyarakat soal kewaspadaan terhadap virus MERS. Saat ini juga telah ada 100 rumah sakit rujukan yang siap menerima pasien dengan gejala virus MERS. "Sudah ada prosedur penanganannya, seperi saat flu burung,"ujar Gufron.
Selain itu, pemerintah juga bekerja sama dengan WHO dan Kementerian Kesehatan Saudi Arabia. Di dalam tim yang dibuat oleh WHO, nama Tjandra Yoga, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan menjadi salah satunya. Tim ini akan meneliti virus sampai akarnya.
Menurut Tjandra, saat ini belum ada hasil resmi dari laboratorium soal pasien di Indonesia yang meninggal karena virus MERS. Soal penyebaran virus pun masih akan dilakukan penelitian lebih lanjut.
"Kita harus pastikan dengan pemeriksaan laboratorium, apakah benar yang meninggal di Indonesia karena virus MERS, karena itu masih diduga," kata Tjandra.
Yang pasti, jika masyarakat menderita gejala virus MERS seperti batuk, pilek dan gangguan pernafasan harus segera memeriksakan ke dokter. Karena virus ini biasanya menyerang penyakit lama saat imunitas tubuh rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News