kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kemdag optimistis target ekspor non migas tumbuh 7,5%


Kamis, 28 Februari 2019 / 16:32 WIB
Kemdag optimistis target ekspor non migas tumbuh 7,5%


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.Dalam rencana kerja pemerintah (RKP) kinerja ekspor non minyak dan gas (migas) tahun ini ditargetkan tumbuh 7%-9% dari 2018. Pada tahun lalu nilai ekspor non migas sebesar US$ 162,65 miliar atau tumbuh 6,25% dari 2017 yang sebesar US$ 153,03 miliar. Berpatokan dari RKP itu, Kementerian Perdagangan (Kemdag) optimistis ekspor non migas tahun ini bakal tumbuh dikisarn 7,5%. 

Meski begitu, hingga Januari 2019, kinerja ekspor non migas masih mengalami penurunan bila dibandingkan Januari 2018. Kinerja ekspor non migas turun dari US$ 13,2 miliar menjadi US$ 12,63 miliar.

Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kemdag Ari Satria optimistis, target yang telah ditetapkan dalam RKP dapat tercapai. "Ini masih Januari. Masih ada 11 bulan ke depan untuk menggenjot target 7% - 9%," tutur Ari, Kamis (28/2).  

Tak hanya itu, meski ekonomi global mengalami perlambatan. Tetapi ekonomi pasar utama ekspor Indonesia seperti Amerika Serikat masih diperkirakan tumbuh 2,5%, Jepang tumbuh 0,9%, dan China tumbuh 6,2%.

Volume perdagangan dunia juga diperkirakan tumbuh 4%, dimana impor negara maju tumbuh 4% dan negara berkembang tumbuh 4,8%. Sementara, harga komoditas non migas seperti minyak kelapa sarit, karet, kopi, kakao, teh, udang, kayu gergajian, barang tambang masih menguat 0,3% dan 3,9%.

Pertumbuhan ini didorong kenaikan ekspor ke negara tujuan utama ekspor seperti China, Amerika SErikat, Jepang, negara Asean dan Asia Timur.
Meski begitu, Ari menuturkan, untuk meningkatkan ekspor dibutuhkan diversifikasi pasar, produk dan pelaku usaha.

Ia mengakui, hingga saat ini pasar ekspor Indonesia masih belum berkembang. Pada 2018 misalnya, pasar ekspor Indonesia terbesar masih China, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Singapura.

Padahal, ada ratusan negara yang bisa menjadi tujuan ekspor Indonesia. Karena itulah, Ari mengatakan, Kemdag terus melakukan misi dagang dan promosi ke berbagai negara untuk memperkenalkan produk-produk Indonesia. Saat ini, pemerintah tengah menyasar Afrika, Asia Selatan, Amerika Latin, dan berbagai pasar non tradisional.

Produk ekspor Indonesia pun masih berkutat di produk-produk komoditas. Tahun lalu, 10 produk utama yang diekspor mencapai 38,41% dari total ekspor non migas. Produk tersebut antara lain batubara sebeasr 12,67%, minyak sawit sebesar 10,15%, Bijih Tembaga sebear 2,57%, karet alam sebesar 2,43%, lignite sebesar 2,04%, kendaraan bermotor sebesar 2,01%, ada industrial monocarbpxylic, alas kaki, bubur kertas dan plywood.

"Padahal, sebagai suatu negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang begitu banyak, seharusnya banyak lagi produk ekspor yang kita tawarkan ke internasional. Tidak hanya yang 10 produk ini," terang Ari.

Tak hanya diverisifikasi pasar dan produk. Ari mengatakan, diversifikasi pelaku usaha perlu dilakukan. Menurutnya, harus semakin banyak pelaku usaha yang terjun dalam aktivitas ekspor ini, sehingga volume, nilai, dan jenis barang yang dieskpor semakin banyak.

Sebagai Kementerian yang bertugas mempromosikan produk Indonesia, Ari mengaku tugas mereka hanya bisa berjalan dengan baik bila produk yang dibutuhkan tersedia. Karena itu, dia meminta supaya pelaku usaha menghasilkan produk-produk yang berkualitas yang sesuai dengan selera pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×