CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.514.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.945   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.196   149,03   2,11%
  • KOMPAS100 1.099   26,87   2,51%
  • LQ45 869   25,52   3,02%
  • ISSI 220   3,58   1,65%
  • IDX30 445   13,29   3,08%
  • IDXHIDIV20 535   15,93   3,07%
  • IDX80 126   3,28   2,68%
  • IDXV30 128   1,76   1,39%
  • IDXQ30 148   4,07   2,83%

Kasus Terus Meningkat, Perlu Upaya Bersama Pemerintah dan Swasta Mengatasi DBD


Senin, 24 Juni 2024 / 10:41 WIB
Kasus Terus Meningkat, Perlu Upaya Bersama Pemerintah dan Swasta Mengatasi DBD
ILUSTRASI. Relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Tangerang Selatan melakukan pengasapan atau fogging?untuk pemberantasan sarang nyamuk di perumahan Bintaro, Tangerang Selatan, Selasa (4/6/2024). (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mengingatkan, demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat di dunia. Insiden DBD meningkat signifikan di seluruh dunia beberapa dekade
terakhir.

Sebagai perbandingan, kasus yang dilaporkan kepada WHO naik dari 505.430 pada tahun 2000 menjadi 5,2 juta pada tahun 2019. Jumlah kasus demam berdarah tertinggi tercatat pada tahun 2023, yang mempengaruhi lebih dari 80 negara di seluruh wilayah WHO.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat hingga pekan ke-23 tahun 2024, terdapat 131.501 kasus DBD dengan kematian sebanyak 799 kasus. Angka kasus kejadian tersebut lebih tinggi dari kumulatif kasus DBD di tahun 2023 yaitu 114.720 kasus, dan mendekati total kasus kematian sepanjang tahun 2023 yaitu 894 kasus.

Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal P2P Kementerian Kesehatan mengatakan, sampai saat ini, pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia berfokus lebih berat pada pengendalian vektor yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

Sejak tahun 1980-an, kita telah menjalankan Gerakan 3M Plus secara berkelanjutan, dilanjutkan dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), dan baru-baru ini,teknologi nyamuk ber-Wolbachia sebagai bagian tambahan dari program yang ada.

Meskipun semua upaya ini telah dilakukan, kasus demam berdarah di Indonesia masih menunjukkan peningkatan signifikan. "Kami yakin, pendekatan inovatif lain diperlukan untuk mengatasi tantangan ini. Kementerian Kesehatan terus menguatkan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, dan berkomitmen menerapkan pendekatan-pendekatan inovatif, termasuk melalui vaksinasi," kata Imam, Minggu (23/6). 

Baca Juga: Musim Kemarau, Kemenkes Ingatkan Kasus DBD Bisa Melonjak

Sementara itu, dr. Rismala Dewi, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta menegaskan pentingnya pencegahan DBD yang terintegrasi dan komprehensif. Oleh karena itu, organisasi profesi, termasuk salah satunya adalah IDAI, merekomendasikan imunisasi DBD kepada anak-anak usia 6-18 tahun.

"Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan perlindungan optimal kepada anak-anak, yang merupakan kelompok paling rentan terhadap infeksi dengue, tetapi juga untuk secara signifikan mengurangi risiko kematian akibat penyakit ini. Kita bisaa lindungi generasi muda kita dari ancaman DBD dengan vaksinasi," terang Rismala. 

Program vaksinasi DBD saat ini sedang berjalan di Provinsi Kalimantan Timur.  Kalimantan Timur merupakan daerah endemik DBD dengan angka kejadian selalu berada di atas target nasional, yaitu 10/100.000 penduduk.

Oleh karena itu, Dinkes Provinsi Kalimantan Timur berinisiatif melaksanakan pilot program imunisasi DBD di kota Balikpapan dengan target 9.800 anak-anak SD usia 6-14 tahun. Sampai dengan bulan Februari 2024, tercatat hampir 99% peserta telah mendapatkan dosis pertama, dan vaksin dapat
ditoleransi dengan baik," ujar dr. William S. Tjeng,

Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines mengungkapkan, Takeda mendukung tujuan pemerintah terkait nol kematian akibat dengue pada tahun 2030. "Sejalan dengan komitmen tersebut, kami berupaya menciptakan akses terhadap vaksin inovatif kami, bagi masyarakat luas melalui kerja sama dengan tenaga kesehatan serta institusi terkait," kata Andreas. 

Tujuan kemitraan publik-swasta  untuk meningkatkan kekuatan dan sumber daya dari sektor publik dan swasta guna mencegah dan mengendalikan DBD secara efektif. "Kami juga membantu membuka jalan menuju program imunisasi nasional di masa yang akan datang. Selain itu, kami mendukung edukasi pada tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dalam hal pencegahan, deteksi, dan penanganan DBD. Salah satunya adalah
melalui Indonesia Dengue Summit," lanjut Andreas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×