kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.620.000   14.000   0,87%
  • USD/IDR 16.305   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.109   35,72   0,50%
  • KOMPAS100 1.044   5,37   0,52%
  • LQ45 824   5,99   0,73%
  • ISSI 212   -0,11   -0,05%
  • IDX30 427   5,07   1,20%
  • IDXHIDIV20 512   6,64   1,31%
  • IDX80 119   0,49   0,41%
  • IDXV30 122   1,03   0,85%
  • IDXQ30 140   1,68   1,21%

Kandungan lokal di proyek infrastruktur rendah


Senin, 09 Maret 2015 / 23:27 WIB
Kandungan lokal di proyek infrastruktur rendah
ILUSTRASI. Rejoice gandeng Ayusha mengkampanyekan Rejoice 3 in 1 Korean Lavender lewat lagu ciptaannya


Reporter: Agus Triyono | Editor: Umar Idris

JAKARTA. Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) atau kandungan pekerjaan dan produk-roduk lokal dalam proyek-proyek infrastruktur di Indonesia ternyata masih sangat rendah. Selama ini berbagai proyek infrastruktur di Indonesia masih didominasi produk dan pekerja ahli asing.

Pekerjaan-pekerjaan pembangunan mega-proyek infrastruktur yang dicanangkan pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam beberapa tahun ke depan menyimpan peluang sangat besar untuk mengembangkan dan mendayagunakan potensi industri nasional hingga berkali lipat dari capaian saat ini. “Kondisi ini sangat memprihatinkan," kata Bobby Gafur Umar, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), akhir pekan lalu.
 
Bobby mengatakan, pembangunan mega-proyek infrastruktur di segala sektor dalam beberapa tahun ke depan harus bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk menggali dan mendayagunakan potensi industri domestik. Bobby mencatat, anggaran proyek infrastruktur bisa mencapai Rp 5.519 triliun. "Kita tidak boleh melepaskan momentum ini untuk memajukan industri dalam negeri,” ujarnya.

Rencana pembangunan infrastruktur kelistrikan sebesar 35.000 megawatt yang sudah dimatangkan oleh pemerintah, misalnya, menjadi momentum penting untuk mulai secara serius mengembangkan segala potensi dan kemampuan domestik.

Dalam banyak proyek, selama ini perusahaan-perusahaan kontraktor EPC (Engineering Procurement Construction) berbendera asing masih mendominasi pekerjaan-pekerjaan konstruksi dan rekayasa di dalam negeri. Banyak faktor yang menyebabkan dunia konstruksi Indonesia sehingga perusahaan-perusahaan kontraktor dan EPC lokal tidak dominan di negeri sendiri, dan hanya menjadi “pemain pembantu”, atau bahkan penonton saja. Antara lain transfer teknologi dan kemampuan (skill) tidak berjalan, serta keberpihakan pemerintah yang masih kurang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×