Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk mencapai target investasi sebesar Rp 792,3 triliun tahun ini atau naik 9,84% dari tahun lalu, dinilai tidaklah mudah tercapai.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang hubungan internasional Shinta Kamdani mengatakan, target BPKM tersebut sulit tercapai karena berbagai kendala. Antara lain seperti faktor global hingga faktor dalam negeri. Menurut Shinta, kondisi ekonomi global khususnya perang dagang antara China dan Amerika Serikat berdampak serius bagi ekonomi hampir semua negara di dunia.
Apalagi, lanjut Shinta, pada Maret tahun ini, akan ada periode penyelesauan gencatan senjata antara China dan AS. Bila tidak ada kesepatakan, volatilitas ekonomi dunia semakin tinggi. Tak hanya itu, masih ada pula kesepakatan Brexit dan pengaruh pergerakan harga minyak dunia.
Sementara dari sisi internal, investasi akan melambat karena pengaruh pesta politik tahun ini. "Tren investasi memang melambat. Selain karena faktor global juga karena faktor politik dimana kita sedang bersiap untuk pemilihan presiden," tutur Shinta kepada Kontan.co.id, Rabu (30/1).
Meski sulit, Shinta mengatakan, masih ada upaya yang bisa dilakukan untuk bisa mencapai target investasi yang dikehendaki. Pertama, bila pemilihan presiden nanti berlangsung dengan sukses, apa pun hasilnya, bila seluruh prosesnya berjalan damai, maka akan berdampak positif pula pada investasi.
Kedua, adanya perbaikan dari sisi implementasi, kemudahan berusaha pun menjadi kunci mencapai target investasi. "Tax holiday, tax allowance, import duty exemption, an OSS dampaknya akan sangat luar biasa bila bisa lebih dipahami," tutur Shinta.
Namun, ia menyayangkan, masih belum banyak pengusaha yang tidak paham dengan mekanisme ini. Bahkan, sejak April hingga Desember tahun lalu, hanya 12 investor yang mendapatkan fasilitas tax holiday. Pelaksanaan OSS pun masih menimbulkan banyak masalah, bahkan cenderung menambah beban baru.
Menurut Shinta, hingga April dan Mei ke depan, investor masih cenderung wait and see. Investasi baru akan bergerak ke Indonesia setelah proses pemilu. Karena itu, pemerintah bisa melakukan sosialisasi insentif secara lebih luas dan memperbaiki sistem OSS.
Shinta menambahkan, Indonesia memiliki peluang besar sebagai pilihan investasi asing. Namun, Indonesia masih kurang berdaya saing atau berkompetisi dengan negara lain yang bisa memberikan insentif dan kemudahan yang lebih menarik.
Adanya perang dagang akan menyebabkan larinya investor dari China dan Indonesia berpotensi menjaring investasi dari relokasi ini. Namun Indonesia tentunya harus bersaing ketat dengan banyak negara lain yang ingin menarik investasi dari China.
Pada 2018, realisasi penanaman modal asing mencatat penurunan sebesar 8,8% menjadi Rp 392,7 triliun, dibandingkan realisasi investasi PMA di 2017 yang sebesar Rp 430,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News