kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kadin ikut membenahi sektor fundamental pertanian


Rabu, 18 November 2020 / 21:29 WIB
Kadin ikut membenahi sektor fundamental pertanian
ILUSTRASI. Petani memanen sayur di Bogor, Jawa Barat, Senin (2/11/2020). KONTAN/Baihaki


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bakalan terus bersinergi dengan pemerintah untuk membenahi sektor pertanian secara fundamental. Dalam jangka pendek sinergi ini bertujuan mengantisipasi ancaman krisis pangan akibat pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia, termasuk Indonesia.

Adapun dalam jangka panjang sinergi tersebut untuk memperkuat ketahanan pangan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan pelaku di sektor pangan, seperti petani, peternak, nelayan, dan industri pengolahan.

Wakil Ketua KADIN Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan Franky Oesman Widjaja menyatakan, KADIN mendukung upaya pemerintah mengantisipasi ancaman krisis pangan, terutama di masa pandemi Covid-19. KADIN pun meyakini pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja yang akan mendorong investasi dan inovasi di bidang pertanian bisa berujung pada peningkatan ketahanan pangan nasional.

 Upaya tersebut perlu didukung dengan pembenahan sektor pertanian secara fundamental. Untuk membenahi sektor ini, menurut Franky, kendala terbesar adalah belum lengkapnya ekosistem dari hulu hingga hilir. Sejauh ini, baru industri minyak sawit yang memiliki ekosistem lengkap dari hulu-hilir. “Komoditas lainnya, seperti perkebunan lainnya, peternakan dan perikanan masih belum lengkap,” kata Franky saat memberi sambutan dalam Jakarta Food Security Summit (JFSS) kelima di Jakarta, Rabu (18/11).

JFSS-5 yang berlangsung pada 18-19 November 2020. Dalam JFSS kali ini KADIN mengangkat tema “Pemulihan Ekonomi Nasional Untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Gizi serta Meningkatkan Kesejahteraan Petani, Peternak, Nelayan dan Industri Pengolahan.” JFSS sudah diawali sejak 2010 dan telah dilakukan empat kali pada 2010, 2012, 2015 dan 2018. JFSS ini bertujuan untuk menggerakkan seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, peternak dan nelayan.

Franky menjelaskan, komoditas pangan juga menghadapi berbagai persoalan seperti lahan, benih, pupuk, irigasi, pembiayaan, pemasaran, serta sarana dan prasarana pertanian. Khusus di hortikultura ditambah fasilitas penyimpanan. Sektor peternakan juga menghadapi masalah bibit, lahan, pembiayaan, dan kelembagaan peternak. Sementara sektor perikanan menghadapi kendala cold storage, pembiayaan, logistik, serta sarana dan prasarana.

Guna menyelesaikan berbagai persoalan ekosistem tersebut sistem inclusive closed loop (rantai pasok terintegrasi) bisa menjadi solusi. Inclusive closed loop, kata Franky, merupakan sebuah skema kemitraan saling menguntungkan dari hulu-hilir, sehingga keberlanjutan produksi terjaga dan petani, peternak dan nelayan sejahtera. Inclusive closed loop sudah berhasil diterapkan di industri minyak sawit. Dampaknya sangat positif, yaitu industri minyak sawit memiliki daya saing tinggi, produktivitas tinggi dan petani lebih sejahtera. “Industri sawit memiliki kemitraan inclusive closed loop atau ekosistem yang lengkap, mencakup petani, koperasi sebagai wadah petani, perbankan dan offtaker,” ujarnya.

Ketua Komite Tetap Hortikultura KADIN, Karen Tambayong menambahkan agar Indonesia bisa mencapai ketahanan pangan maka harus ada upaya penyediaan lahan dan infrastruktur serta peningkatan 2 dari 3 daya saing. Untuk lahan dan infrastruktur sejumlah hal yang harus tersedia antara lain penyediaan landbank yang mencakup status kepemilikan lahan dan koordinat lokasi, jenis tanah, atau data iklim. Setelah landbank tersedia, maka perlu ada percepatan one map policy yang mempermudah penyusunan pemanfaatan ruang, menyatukan semua peta yang diproduksi dan mengatasi konflik lahan. “Untuk infrastruktur penyediaan air melalui embung, irigasi juga penting, termasuk jalan usaha tani yang menghubungkan produksi dan pasar,” kata dia.

Karen mengatakan, peningkatan daya saing juga sangat dibutuhkan agar bisa mencapai ketahanan pangan. Untuk itu diperlukan pangkalan data yang real time dengan memanfaatkan penyuluh, petani mileneal dan pemerintah. Peningkatan daya saing juga bisa dicapai dengan pusat layanan teknologi pertanian. Dengan adanya pusat teknologi ini diharapkan petani bisa mendapatkan benih unggul, teknologi pupuk dan pasca panen. Karen juga mengatakan bahwa inisiatif kolaborasi saling menguntungkan di hulu sampai ke hilir melalui inclusive cloosed loop layak dikembankan. Model ini bisa menjadi jembatan untuk petani dengan pasar, sehingga hasil penen tersalurkan, pasokan lebih maksimal dan harga produk menjadi stabil. “Model closed loop bisa direplika untuk berbagai komoditas,” kata dia, Kuncinya, kata Karen, sinergi antara semua pelaku ekonomi di sektor pangan, mulai swasta, BUMN, perbankan, petani, dan akademisi itu penting.

Menurut Karen, KADIN telah melakukan pilot project inclusive closed loop dengan petani cabai di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dalam pilot project ini ada 16 pihak yang terlibat, yaitu Kementerian Koordinator Perekonomian, KADIN, IPB, Kementerian Pertanian, Koperasi, PT KAI, Pupuk Kujang, East West, Bayer, Paskomnas, Indofood, 8 Villages, Petani Melinial Eptilu, BRI, Merci Corps dan UNPAD.

Peningkatan Produktivitas Arif Rachmat, Ketua Komite Tetap Kehutanan KADIN, menambahkan perlu ada akselerasi penerapan Inclusive Closed Loop pada komoditas pertanian lainnya. Dengan skema kerja sama tersebut nantinya diharapkan ke depan akan terjadi peningkatan produktivitas petani di Tanar Air. “Dengan naiknya produktivitas, pada gilirannya akan menaikan daya saing sektor pertanian Indonesia,” katanya. Menurut Arif, peningkatan produktivitas bisa dilakukan melalui pemanfaatan mekanisasi pertanian, penggunaan benih berkualitas dan perbaikan infrastruktur, seperti irigasi, jalan, dan listrik serta air bersih. “Infrastruktur pendukung tersebut harus ada di kantong-kantong produksi pertanian,” ujar Arif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×