kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

JK: Sarjana jangan jadi lulusan museum


Sabtu, 24 November 2012 / 18:59 WIB
JK: Sarjana jangan jadi lulusan museum
ILUSTRASI. Lippo bantah aset yang disita BPPN merupakan milik perusahaan


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Wakil Presiden RI periode 2004-2009 M. Jusuf Kalla mengatakan, sarjana jebolan Universitas harus mengkombinasikan pandangan ke depan dan pengalaman. Pasalnya, masa depan sebuah bangsa ditentukan oleh usaha dan perencanaan dari generasi muda.

Perencanaan tersebut, terangnya, untuk memandang ke depan, bukan ke belakang. "Sarjana itu lulusan Universitas, bukan Museum. Universitas adalah masa depan, Museum itu masa lalu. Masa lalu adalah masa lalu, bukan masa depan. Kita harus memandang masa depan,"kata Kalla yang biasa disapa JK di hadapan wisudawan Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Serpong, Sabtu (24/11).

Kalla memaparkan, masa depan sebuah bangsa ditentukan oleh penguasaan teknologi. Sarjana, terangnya, harus mampu mengoperasikan teknologi. Sebab, teknologi itu sepenuhnya hak milik perkembangan jaman.

Penguasaan teknologi, menurutnya dipadukan oleh kepemimpinan. Pasalnya, racikan kedua hal itu dapat mengentaskan Indonesia dari keterpurukan. "Masa depan kami tergantung pada kemampuan meningkatkan teknologi dan nilai tambah sarjana. Nilai tambah itu berwujud kepemimpinan. Setelah lulus dari Universitas, pengetahuan tidak berhenti. Belajar itu harus terus, tanpa berhenti," tandas Ketua Palang Merah Indonesia itu.

Ia menambahkan, sarjana harus mampu memetik setiap pengalaman. Sebab, pengalaman dinilainya adalah guru terbaik. Hidup, lanjutnya, harus dijalai dengan menyandingkan pengalaman.

Sebuah pengalaman, paparnya, memberikan dua hal penting. Sebuah bentuk kegagalan dan keberhasilan. Namun, sarjana harus berpijak pada kegagalan agar tidak lupa diri. "Sebuah ilmu harus selalu produktif. Caranya dengan memanfaatkan ilmu disertai dengan pengalaman. Itu supaya ilmu tidak berdampak negatif. Sebab, ilmu bisa positif dan negatif," pungkasnya.

UMN hari ini mewisuda 189 mahasiswa/mahasiswi dari tujuh program studi. Tujuh program studi itu adalah Teknik Informatika, Sistem Komputer, Sistem Informasi, Ilmu Komunikasi, Desain Komunikasi Visual, Manajemen, dan Akuntansi. Mahasiswa/mahasiswi yang dinyatakan lulus sebanyak 192. Sebesar 86,26% diantaranya sudah mendapatkan pekerjaan sebelum lulus. Sebanyak 13 wisudawan itu lulus dengan predikat cum laude.

Tema dari wisuda ke-2 UMN tersebut adalah "Mewujudkan Martabat dan Masa Depan Indonesia dalam Peradaban New Media". Dalam acara itu, lima wisudawan mendapatkan beasiswa Magister ke Chinese Culture University, Taiwan. Acara tersebut, dihadiri oleh Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) dan mantan wakil Presiden Jusuf Kalla. (Aditya Revianur/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×