kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Jika Krisis Pangan Tidak Bisa Teratasi, Inflasi Bisa Terkerek hingga ke Level 4,5%


Minggu, 06 Agustus 2023 / 14:39 WIB
Jika Krisis Pangan Tidak Bisa Teratasi, Inflasi Bisa Terkerek hingga ke Level 4,5%
ILUSTRASI. Ekonom memperkirakan, jika krisis pangan tidak bisa diatasi, maka inflasi bisa melonjak di kisaran 4% hingga 4,5%.KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Center of Reform on Economic (CORE)  Yusuf Rendy Manilet memperkirakan, jika krisis pangan tidak bisa diatasi oleh pemerintah baik karena faktor global maupun domestik, maka inflasi bisa melonjak naik di kisaran 4% hingga 4,5%.

Menurutnya, dampak krisis pangan terhadap inflasi akan bergantung bagaimana mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah. Menurutnya, pemerintah perlu waspada terhadap berbagai faktor pemicu krisis pangan baik yang dipengaruhi oleh perekonomian global ataupun dalam negeri.

“Kalau berbicara skenario, ketika kedua faktor krisis pangan yang disebabkan dari sisi global maupun domestik tidak termitigasi dengan baik maka saya kira inflasi akan berada di batas atas target pemerintah atau di 4% sampai 4,5%,” tutur Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (6/8).

Baca Juga: Antisipasi Inflasi Pangan, Ini yang Dilakukan Badan Pangan Nasional

Yusuf menduga, krisis pangan di tingkat global masih mungkin terjadi. Sebab hingga saat ini konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina masih berlanjut. Hal ini mengingat kedua negara tersebut merupakan salah satu pengekspor beberapa komoditas strategis global terutama gandum.  

Selain itu, peperangan kedua negara tersebut juga menyebabkan harga minyak di berbagai negara naik dalam waktu yang cepat, termasuk terjadi juga di Indonesia, dan pada muaranya turut menyumbang kenaikan inflasi.

Meski begitu, Yusuf yakni pemerintah bisa memitigasi dampak tersebut, sebab sudah punya pembelajaran dari kasus tahun lalu, untuk menangkal kenaikan harga minyak goreng agar tidak naik signifikan dan dalam jangka waktu yang cepat.

Menurutnya hal yang bisa dilakukan pemerintah juga dengan kembali mereview kebijakan domestic market obligation (DMO) terutama untuk minyak goreng dengan menyesuaikan kondisi dari krisis geopolitik.

“Artinya ketika ternyata krisis geopolitik itu kembali menghangat dan tensinya kembali meningkat maka langkah mitigasi dari kebijakan DMO itu perlu dilakukan kembali dalam skala yang lebih luas,” katanya.

Baca Juga: Ekonom Ini Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2023 Melambat, Simak Alasannya

Sementara itu, Yusuf berharap pemerintah bisa mengatasi fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan di sejumlah daerah. Sebab, jika tidak maka krisis pangan akan terjadi dan inflasi akan meleset dari target pemerintah.

Meski begitu, Ia melihat, hingga saat ini inflasi relatif masih terkendali setidaknya sampai dengan Juli 2023.  Sehingga ini bisa dijadikan modal awal untuk menjaga inflasi berada dalam kisaran target yang ditentukan oleh pemerintah, yakni bisa turun ke 3,6% pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×