kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.209   -29,00   -0,18%
  • IDX 7.097   0,57   0,01%
  • KOMPAS100 1.061   -1,66   -0,16%
  • LQ45 834   -1,33   -0,16%
  • ISSI 215   0,18   0,08%
  • IDX30 426   -0,55   -0,13%
  • IDXHIDIV20 514   0,79   0,15%
  • IDX80 121   -0,21   -0,17%
  • IDXV30 125   -0,28   -0,22%
  • IDXQ30 142   -0,01   0,00%

Jika BI turunkan bunga, ekonomi bisa melesat


Jumat, 06 Februari 2015 / 13:59 WIB
Jika BI turunkan bunga, ekonomi bisa melesat
ILUSTRASI. Download Game Terbaru Metal Slug: Awakening APK Android & iOS, Server Dibuka Hari ini


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Menteri Perencanan Pembangunan (PPN), Andrinof Chaniago mengatakan jika Bank Indonesia (BI) mau menurunkan suku bunga, pertumbuhan ekonomi 2015 bisa melesat. Suku bunga yang rendah diharapkan mampu mengerek konsumsi rumah tangga. 

Andrinof berharap suku bunga BI turun sebab indeks harga konsumen yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2015 ini, mengalami deflasi. "Konsumsi bisa lebih tinggi atau tetap. Harapannya tinggi. Kalau inflasi makin turun, Bank Indonesia kan bisa nurunin suku bunga, sehingga daya beli masyarakat meningkat," kata Andrinof, di Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat (6/2). 

Namun, data BPS menyebutkan pertumbuhan ekonomi 2014 yang hanya mampu tumbuh 5,02%, utamanya disebabkan oleh anjloknya konsumsi pemerintah, ketimbang konsumsi rumah tangga.

Adapun konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan 5,14%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sedikit mengalami perlambatan dibanding tahun lalu yang sebesar 5,38 %, disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 18 November 2014. 

Sementara itu, konsumsi pemerintah 2014 hanya tumbuh 1,98%, dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 9,54%. “Terjadi penurunan drastis, tahun lalu konsumsi pemerintah tumbuh 6,93%. Sekarang hanya tumbuh 1,98%,” ujar Kepala BPS Suryamin, dalam paparan Kamis (5/2). 

Suryamin mengatakan, turunnya konsumsi pemerintah yang drastis tersebut disebabkan penyerapan anggaran yang rendah. Di sisi lain, sebagian besar digunakan untuk membayar bunga utang. Pembayaran itu tidak tercatat dalam PDB. “Di samping itu ada penghematan, jelang pertengahan tahun. Kemudian, ada penguranan perjalanan dinas, rapat-rapat dan lainnya. Tapi share dalam PDB 9,54%, hanya pertumbuhannya turun cukup drastis,” jelas dia. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×