kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

JICA ingin suku bunga KUR lebih rendah


Jumat, 07 September 2012 / 18:47 WIB
JICA ingin suku bunga KUR lebih rendah
ILUSTRASI. Foto kucing


Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Japan International Cooperation Agency (JICA) berkomitmen untuk mendukung pengembangan kredit mikro di Indonesia. Rencananya JICA akan melakukan kajian dalam penetapan besaran suku bunga yang diberikan di program kredit usaha rakyat (KUR).

Niatan JICA tersebut disampaikan Director General of Southeast Asia and Pacific Department Koki Hirota kepada Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Rizal Affandi Lukman, Jumat (7/9) di kantor Menko Perekonomian.

Sebagai informasi saat ini bank mengenakan bunga KUR sebesar 22% untuk pinjaman di bawah Rp 20 juta dan untuk peminjaman Rp 20 juta ke atas dikenakan bunga 13%.

"Itu jauh sekali kan hampir dua kali lipat. Kalau bisa bedanya 2% - 3% lah. Nanti JICA memberikan ahli untuk mengkaji itu. Pemerintah bisa memberikan subsidi atau kompensasi karena kalau kasih subsidi langsung ke suku bunga itu tidak sehat kan," tutur Rizal yang menjabat Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional.

Dari sisi pembiayaan JICA dapat juga menyediakan pembiayaan karena bunga yang dikenakan Jepang termasuk rendah. Teknisnya bank-bank penyalur KUR bisa mendapatkan soft loan kemudian extending loan-nya kepada penerima KUR. Dengan cara tersebut diharapkan bunga yang dikenakan bisa lebih rendah sehingga suku bunga KUR juga murah.

Jika bunga KUR diturunkan tentu para peminjam akan memilih bunga yang lebih rendah. Dengan begitu diharapkan suku bunga KUR menjadi lebih kompetitif dan menguntungkan pihak peminjam.

Rizal belum bisa menjelaskan biaya yang dapat dipinjamkan oleh JICA. Rizal mengatakan dengan kerjasama tersebut pihak JICA ingin mendorong sektor yang produktif. Sektor-sektor yang dimaksud seperti pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan.

"Sektor perdagangan tidak termasuk. Sasarannya mikro ini sebetulnya untuk mendukung cluster ketiga itu financial inclusion seperti petani dan nelayan. Jadi jangka panjangnya secara nasional bisa memperkuat ketahanan pangan," pungkas Rizal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×