Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Anna Suci Perwitasari
JAKARTA. Pemerintah akan memulai tahap pertama pembangunan mega proyek jalan tol Sumatera Trans Expressway pada Oktober dan September 2013. Jalan tol ini mencakup 23 ruas yang terbentang dari Aceh hingga Lampung, termasuk Batam.
Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, mengatakan, tahap pertama pemerintah akan membangun empat ruas, dari total 23 ruas yang akan dibangun dengan total panjang 2.700 kilometer. Alasannya karena keempat ruas ini masuk dalam kategori mendesak.
Total investasi tahap pertama ini mencapai Rp 31,5 triliun. Dana tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.
Kebutuhan dana terbesar adalah untuk ruas Pekanbaru–Dumai yang mencapai Rp 14,7 triliun. Secara keseluruhan, investasi untuk memuluskan proyek jalan tol 2.700 km ini bakal menelan dana sekitar Rp 99,88 triliun.
Sama seperti proyek jalan jalan tol yang lainnya, permasalah pada Trans Sumatera ini pada pembebasan lahan. Tapi Djoko menjamin, untuk empat ruas pertama, akan banyak melewati lahan perusahaan perkebunan plat merah (BUMN), sehingga penyelesaiannya lebih mudah. Ia tidak merinci berapa persen lahan yang siap digunakan.
Pengerjaan ruas tol yang masuk dalam rancangan utama ASEAN Connectivity itu dilakukan oleh perusahaan konstruksi plat merah yaitu PT Hutama Karya. Pemerintah sudah menunjuk langsung Hutama Karya sebagai pelaksananya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, pun tampak sudah tak sabar agar proyek ini segera jalan. Ia meminta pelaksanaan proyek bisa dipercepat. "Saat ini masih menyiapkan Peraturan Pemerintah (PP), dan nanti akan ada turunan Peraturan Presiden (Perpres)," jelas Hatta, Kamis (11/7).
Sebagai catatan, pemerintah sengaja menunjuk langsung PT Hutama Karya sebagai pelaksana proyek ini. Sebab, berdasarkan hasil kajian kelayakan atau feasibility studies, proyek jalan tol trans Sumatra ini kurang menguntungkan secara bisnis atau kurang layak dari sisi hitung-hitungan finansial. Akibatnya perusahaan swasta tidak berminat untuk masuk menggarap proyek tersebut.
Hasil feasibility studies menunjukkan, tingkat keuntungan investasi bersih yang bisa diambil (IRR) dari proyek tersebut berkisar antara 6%- 13%. Tingkat IRR ini masih jauh dibawah keinginan PT Jasa Marga yang menyebut minimum IRR di posisi 14,5%. Sedangkan tingkat IRR investor swasta paling tidak berada di posisi 16%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News