kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.464.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.684   21,00   0,13%
  • IDX 8.675   14,62   0,17%
  • KOMPAS100 1.196   3,22   0,27%
  • LQ45 850   1,16   0,14%
  • ISSI 314   0,82   0,26%
  • IDX30 435   0,78   0,18%
  • IDXHIDIV20 501   -0,61   -0,12%
  • IDX80 134   0,25   0,19%
  • IDXV30 138   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 138   0,06   0,05%

Jaga laju inflasi, ini tantangan BI


Senin, 25 April 2016 / 12:57 WIB
Jaga laju inflasi, ini tantangan BI


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) tahun ini menghadapi tantangan untuk menjaga inflasi pada angka 4% plus minus 1%. Faktor pendorong inflasi tinggi berasal dari komponen harga pangan bergejolak (volatile food).

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, selaku pemangku kebijakan moneter berupaya untuk melakukan pengendalian inflasi ke depan yang masih akan menghadapi tantangan. "Secara umum, komoditas volatile food menjadi penyebab utama inflasi," jelasnya, Senin (25/4).

Agus melanjutkan, potensi peningkatan inflasi berasal dari komoditas pangan, terutama beras, cabai merah, bawang merah, bawang putih, daging ayam dan sapi. Dengan demikian BI tetap memonitoring perkembangan harga dari setiap bahan pangan tersebut.

"Sehingga, dibutuhkan koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah perlu diperkuat," katanya.

Hingga bulan Maret, Agus melanjutkan, kontribusi besar komoditas bawang merah terhadap inflasi Maret 2016 dipengaruhi oleh tingginya intensitas curah hujan dan berakhirnya masa panen. "Inflasi bawang merah pada Maret 2016 mencapai 30,86%," imbuhnya.

Kendati demikian, BI sudah melakukan serangkaian program seperti program pengendalian inflasi melalui pusat pengendalian harga pangan strategis. Selain itu, bersama pemerintah membentuk Tim Pengendali Inflasi (TPI).

Dengan demikian, BI tetap optimistis bakal menjaga komponen harga ditentukan pemerintah (administered price). "Sumber (inflasi) dari administered price, yaitu harga BBM (bahan bakar minyak) yang sekarang sudah tidak terlalu berpengaruh," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×