kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,58   -0,44   -0.05%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi yang Masuk Dominan di Sektor Padat Modal, Ekonom: Perlu Diwaspadai


Selasa, 24 Januari 2023 / 20:24 WIB
Investasi yang Masuk Dominan di Sektor Padat Modal, Ekonom: Perlu Diwaspadai
ILUSTRASI. Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Investasi yang Masuk Dominan di Sektor Padat Modal, Ekonom: Perlu Diwaspadai.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang 2022 mencapai Rp 1.207,2 triliun. Realisasi itu mencapai 100,61% dari target investasi tahun 2022 yang sebesar Rp 1.200 triliun.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, saat ini investasi yang masuk lebih banyak ke sektor padat modal, sehingga penyerapannya ke tenaga kerja kurang.

"Jadi investasi sekarang ini banyak lebih padat modal ya, jadi masuk ke sektor teknologi pendanaan startup," kata Bhima kepada Kontan.co.id , Selasa (24/1).

Baca Juga: Investasi yang Masuk pada 2022 Masih Didominasi Sektor Padat Modal, Ini Kata Bahlil

Bhima melihat, hal ini sejalan dengan fenomena deindustrialisasi prematur, di mana investasi di sektor sektor padat karya cenderung menurun. Padahal di sektor padat karya akan banyak menyerap tenaga kerja.

"Ini yang memang harus diwaspadai juga karena nanti berpengaruh terhadap serapan tenaga kerja," jelasnya.

Selain itu, investasi yang masuk lebih ke perusahaan rintisan (startup) dikarenakan pada saat pandemi Covid-19, digitalisasi berkembang sangat cepat.

Baca Juga: Strategi Kementerian Investasi Hadapi Tahun Politik dalam Menggaet Investasi

Kemudian beberapa startup yang melantai di bursa saham juga memberikan keuntungan bagi investor awal atau model ventura secara lebih besar, sehingga exit strategynya juga lebih cepat.

"Coba kalau industri manufaktur, dia butuh lima tahun bangun pabriknya, belum perizinannya. Dari mulai bangun pabrik beroperasi, cari pasar, jadi return on investmentnya relatif lebih rendah dan lebih panjang," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×