kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Investasi menggeser dominasi konsumsi Rumahtangga


Rabu, 15 Agustus 2012 / 16:25 WIB
Investasi menggeser dominasi konsumsi Rumahtangga
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.


Reporter: Umar Idris, Agus Triyono | Editor: Imanuel Alexander

Pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua lalu lumayan berkualitas. Soalnya, investasi yang tumbuh paling tinggi menjadi penopang utama pertumbuhan. Tapi konsekuensinya, impor mengalir sangat deras ke Indonesia. Kisah manis ini akan berlanjut?

Pertumbuhan ekonomi selama kuartal kedua tahun ini yang sebesar 6,4% cukup membanggakan kita. Bukan cuma lantaran lebih tinggi ketimbang triwulan sebelumnya, tapi investasi menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi di kuartal dua.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, investasi yang tumbuh 12,3%, paling tinggi di antara jenis pengeluaran lainnya, menyumbang 45,31% pertumbuhan di kuartal kedua. Sekaligus, menggusur dominasi konsumsi rumahtangga.

Pertumbuhan yang lumayan berkualitas ini cukup mengejutkan pemerintah. Soalnya, sepanjang April hingga Juni, kinerja ekspor Indonesia melempem, dan sebaliknya impor mengalir sangat deras. “Kami terus terang khawatir, tetapi ternyata datanya tidak seperti yang kami kira, ada dorongan dari sisi yang lain,” kata Armida S. Alisjahbana, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas.

Menurut Armida, investasi memberikan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan di kuartal kedua, karena para penanam modal mulai merealisasikan komitmen investasinya. Saat persetujuan investasi pemerintah keluarkan dua tahun lalu, saat inilah investor mewujudkan investasinya.

Data Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) memperlihatkan, realisasi investasi pada triwulan kedua tahun ini mencapai Rp 76,9 triliun. Perinciannya, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 20,8 triliun dan penanaman modal asing (PMA) Rp 56,1 triliun. Dengan begitu, realisasi ini naik 24% ketimbang periode yang sama tahun lalu. “Pencapaian sepanjang triwulan kedua ini merupakan rekor tertinggi dalam sejarah investasi di Indonesia,” kata Muhammad Chatib Basri, Kepala BKPM.

Khusus PMA, investor asal Singapura mendominasi investasi di Indonesia dengan total nilai US$ 0,8 miliar. Berikutnya adalah Amerika Serikat sebesar pUS$ 0,7 miliar, dan Australia senilai US$ 0,6 miliar. Kebanyakan investor menanamkan duitnya di daerah Jawa Timur dengan nilai US$ 0,9 miliar, lalu Jawa Barat US$ 0,9 miliar, Banten US$ 0,8 miliar, Papua US$ 0,7 miliar, dan Kalimantan Timur US$ 0,6 miliar. Uang investor asing sebagian besar mengalir ke sektor pertambangan senilai US$ 1 miliar, selanjutkan ke industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi sebesar US$ 1 miliar.

Sedang dana penanam modal lokal tertanam di industri logam dasar, barang logam, mesin, elektronika dengan nilai Rp 3,8
triliun, lalu industri kertas, barang dari kertas, dan percetakan Rp 2,4 triliun. Tapi, investasi yang tumbuh melesat di kuartal dua lalu sejatinya membawa dampak yang kurang baik. Ya, pertumbuhan impor terus meningkat seiring pesatnya investasi tumbuh. Ini tentu membutuhkan banyak barang modal dan bahan baku yang tidak ada di dalam negeri. Walhasil, impor pun mengalir deras ke Indonesia.

Pada kuartal kedua tahun ini, impor melonjak 10,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Mesin dan peralatan
mekanik mendominasi impor selama April–Juni 2012 lalu dengan nilai US$ 7,29 miliar.

Berikutnya adalah mesin dan peralatan listrik sebesar US$ 4,93 miliar, lalu besi dan baja US$ 2,78 miliar, serta kendaraan bermotor dan bagiannya US$ 2,63 miliar. Hanya, dengan impor yang terus naik, Lana Soelistyaningsih, ekonom Samuel Sekuritas,
mengatakan, peningkatan investasi sebenarnya tidak terlalu berarti. “Artinya, sebenarnya PMA tidak membawa devisa atau duitnya ke sini, mereka belanja barangnya di luar negeri lantaran di Indonesia tidak tersedia,” jelas Lana.

Impor menurun


Namun, Bank Indonesia (BI) memprediksi, penurunan ekspor akan mengecil pada triwulan ketiga dan kembali tumbuh
pada triwulan keempat nanti. Sementara pertumbuhan impor bakal lebih rendah di semester kedua tahun ini. Perkiraan ini
dengan ekspektasi kondisi ekonomi global dan harga komoditas ekspor akan membaik pada paro kedua. “Di samping tentunya
upaya dari dari sisi pemerintah memperbaiki pengawasan barang impor dan instrumen lainnya,” imbuh Dody Budi Waluyo,
Kepala Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI.

Kalau benar proyeksi bank sentral tersebut, maka pertumbuhan ekonomi di kuartal sisa tahun ini bakal lebih kencang lagi. Pasalnya, Azhar Lubis, Deputi Pengendalian Pelaksanaan Modal BKPM, bilang, selama ini, tren realisasi investasi selalu
meningkat dari pertengahan hingga akhir tahun. Itu sebabnya, dia yakin di triwulan ketiga realisasi investasi bisa mencapai
80% dari target tahun ini sebesar Rp 283 triliun.

Segendang sepenarian, Chatib meramalkan investasi di kuartal berikutnya bakal meningkat. Sebab, saat ini investor yang mau menanamkan duitnya di Indonesia terus meningkat.

Ada dua indikator: pertama, nilai impor barang modal yang meningkat sebesar 37%. Dengan jeda waktu antara impor barang
modal dengan realisasi investasi yang berkisar antara tiga sampai enam bulan, Chatib optimistis sampai akhir tahun nanti realisasi investasi masih tetap tinggi. Kedua, fundamental ekonomi Indonesia masih kuat, tertinggi nomor dua di antara negara-negara anggota Kelompok 20 (G-20).

Semoga. Jadi, investasi terus menjadi bahan bakar utama pertumbuhan ekonomi.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 46 XVI 2012, Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×