kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Investasi asing bisa naik 15% tahun depan


Kamis, 11 Desember 2014 / 15:31 WIB
Investasi asing bisa naik 15% tahun depan
ILUSTRASI. Gress! Harga Promo Superindo Awal Pekan Diskon Gajian 26-29 Juni 2023!


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Ekonom PT Bank Permata Tbk yang juga Kepala Pusat Studi Eonomi dan Kebijakan Publik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, A Tony Prasetiantono, memprediksi, investasi asing langsung (foreign direct investment) tahun 2015 mendatang tumbuh sebesar 15%.

"FDI 2015 bakal naik 15%. Ini dimungkinkan karena simpati internasional terhadap Indonesia, terutama Joko Widodo dan Kabinet Kerja. Selain itu, harga lahan dan tenaga kerja kita masih lebih kompetitif dibanding di Tiongkok, Thailand, atau Vietnam," ujar Tony kepada Kompas.com, Selasa (9/12).

Ada pun negara yang menambah investasinya adalah Singapura, dan Tiongkok. Banyak investor Tiongkok yang perlu penyaluran investasi, karena biaya di negaranya demikian mahal. Begitu juga halnya dengan investor Singapura, akan semakin melirik Indonesia.

"FDI bahkan akan lebih tinggi ketimbang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Investasi terbesar terutama berasal dari negara Singapura, dan Tiongkok. Kedua negara tersebut butuh penyaluran investasi seiring tingginya biaya di dalam negeri mereka masing-masing," ungkap Tony kepada Kompas.com, Selasa (9/12). 

Indonesia, lanjut Tony, menjadi sasaran investasi karena potensi pertumbuhan ekonominya masih lebih tinggi ketimbang negara lain di Asia, sebut saja Thailand, Vietnam, dan Filipinan. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5 persen, Indonesia menjadi sangat kompetitif di mata investor Tiongkok dan Singapura. 

Selain itu, biaya di Indonesia juga masih lebih kompetitif, terlebih faktor tenaga kerja, harga lahan, dan harga properti. 

"Jika FDI naik, maka pengaruhnya terhadap sektor properti luar biasa besar. Mereka akan membutuhkan lahan untuk kawasan industri, pergudangan, hunian untuk para pekerja level manajer, dan juga perkantoran sebagai ruang representasi kehadiran mereka di Indonesia," tutur Tony.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan hingga semester I 2014, realisasi investasi di sektor properti mencapai Rp 9,2 triliun. Senilai 403,3 juta dollar AS atau Rp 4,6 triliun di antaranya merupakan investasi asing. Separuh lainnya merupakan investasi dalam negeri. ANgka tersebut, kata Tony akan bertambah seiring meningkatnya FDI.

Dengan tambahan anggaran sebesar Rp 291 triliun, realokasi APBN-P untuk infrastruktur akan semakin digenjot. Pembangunan infratruktur, kata Tony, akan lebih menstimulasi pertumbuhan sektor properti. Tak hanya di kawasan Jadebotabek, melainkan juga di daerah. (Hilda B. Alexander)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×