Reporter: Dwi Nur Oktaviani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Para Anggota Dewan Fraksi PDI P dan Gerindra melakukan gencatan interupsi terkait rencana pembangunan gedung DPR. Tapi sayang, unjuk suara yang dilakukan kedua partai tersebut tidak berbuah positif. Malahan, Gerindra dan PDIP melakukan aksi walkout dari sidang rapat paripurna.
Kilas balik, hal tersebut dilakukan Politisi PDI P, Ario Bimo, yang menyatakan agenda gedung menjadi agenda prioritas. Hal itu dilakukan Ario lantaran banyak pembicaraan di media yang menghujat DPR RI. "Tolong agenda gedung ditaro di nomor 0. Agenda yang lain di-paused dulu. Sejak tadi malam kita dihujat persepsi publik negatif. Saya minta diselesaikan pembagunan gedung ditunda," ujar Ario ketika sidang rapat paripuran, Nusantara II, Jumat (8/4).
Hal serupa pun diungkapkan Politisi Gerindra Edhy Prabowo, yang tetap tidak setuju dengan anggaran dewan mengenai gedung baru.
Anggota Komisi XI yang juga Politisi PDIP Maruarar Sirait menyatakan, bahwa rakyat telah meminta penolakan gedung secara langsung oleh PDIP. Bukan hanya itu, Maruar atau yang kerap dipanggil Ara itu pun mengaku menghargai pendapat para fraksi yang menerima pembangunan gedung baru. Namun, dirinya mengaku penolakan masyarakat harus menjadi poin pertimbangan DPR RI.
"Saya mewakili rakyat yang kami dengar ketika reses. Mayoritas rakyat tidak meminta pembangunan gedung 2011 atau ditolak. Saya menyatakan saat kita mengalami masalah laptop karena rakyat menolak kita koreksi itu. Jangan sampai ada mengambil pencitraan politik kalau kurang tetap mari kita tunda bersama. Kami menghormati dukungan yang mendukung, tapi kami minta gedung baru DPR RI ditunda karena masih banyak rakyat yang menolak," tegas Ara.
Sementara itu, Politisi Golkar Nurdiman Munir mementahkan ucapan Gerindra dan PDI P. Menurut Nudirman, pembangunan gedung DPR RI adalah gedung utama dalam pencitraan Indonesia. Jadi secara wajar memang pembangunan gedung harus dilakukan. "DPR dan Istana Negara adalah citra Indonesia. Kalo gedung DPR RI jorok itu artinya negara kita begitu. Kalau wartawan datang ke ruangan saya itu arsip-arsip di bawah meja. Ruang pembantu menteri lebih besar ketimbang anggota dewan," kata Nurdiman.
Mendengar perdebatan yang tak kunjung tuntas, Wakil Ketua DPR RI yang juga merupakan pimpinan sidang pun mengetok palu dan menstop adu argumen itu. "Saudara sekalian hari ini agenda kita memberikan keputusan BURT dewan hasil pembahasan rancangan anggaran itu agenda kita hari ini agar memegang pada poin. Dengan demikian rapat saya lanjutkan dengan pidato penutupan oleh Pimpinan DPR RI," kata Priyo.
Mendengar ketokan palu, banyak yang tidak setuju. Alhasil, Gerindra dan PDI P pun meninggalkan ruangan sidang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News