Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Ekonom Standard Chartered Eric Sugandhi mengakui langkah BI yang tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 7,5%, sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. BI harus mempertahankan kebijakannya lantaran besarnya tekanan pada rupiah. Jika BI rate dipotong maka tekanan terhadap rupiah akan semakin besar.
Menurut Eric, masih ada peluang BI akan menaikkan BI rate pada September 2015 sebesar 25 basis poin apabila The Fed menaikkan suku bunganya. Kondisi ini menyebabkan rupiah hingga akhir tahun akan berada pada level Rp 13.500 per dollar AS.
Hal lain yang menyebabkan BI tetap dengan kebijakan ketatnya adalah inflasi. Tekanan pada inflasi masih terjadi dalam bulan-bulan ke depan meskipun hingga akhir tahun ia memperkirakan inflasi bakal ditutup pada level 3,7%. Kondisi ekonomi dalam negeri harus dijaga kestabilannya di tengah ancaman kenaikan suku bunga Amerika makin besar.
Untuk menghadapi kenaikan The Fed, selain mempertahankan suku bunga ketat, menurut Eric, BI perlu mempertebal cadangan devisa. Posisi cadangan devisa US$ 110,77 miliar sudah baik. "BI mempunyai second line of defense seperti dengan Chiang Mai. Ini belum pernah digunakan dan bisa digunakan," terangnya, Kamis (18/6).
Selain itu, yang tidak kalah penting adalah komunikasi dengan pelaku pasar. Tenangkan pasar bahwa BI selalu ada dan kalau diperlukan akan melakukan intervensi yang terukur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News