Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA.Guru Besar Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menilai ada masalah dalam tata kelola impor Indonesia.
Hal itu yang membuat lambatnya impor sejumlah komoditas pangan termasuk gula. Sehingga harga gula saat ini masih tinggi sekitar Rp 16.250 per kilogram (kg) hingga Rp 17.750 per kg.
Angka tersebut masih berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan pemerintah. Sebelumnya Kementerian Perdagangan mengatur HET gula sebesar Rp 12.500 per kg.
Baca Juga: Gula kristal putih (GKP) impor akan kembali masuk di bulan ini
"Kalau tata kelola impor benar tidak akan kejadian seperti ini," ujar Dwi saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (8/6).
Dwi menjelaskan ketergantungan impor gula Indonesia untuk industri dan konsumsi mencapai 70% pada tahun 2018. Sementara tahun 2019 impor turun jadi 60% sehingga ada kekurangan pada stok awal tahun.
Hal itu ditambah dengan tekanan akibat pandemi virus corona (Covid-19). Pandemi tersebut membuat sejumlah negara asal impor gula Indonesia menutup akses.
Meski begitu saat ini masih terdapat sejumlah gula impor yang akan masuk. Ditambah dengan mulainya masa panen tebu akan membuat stok gula nasional aman ke depan.
Baca Juga: Menperin: Harga gas US$6 per mmbtu bisa kurangi beban industri manufaktur
"Sebentar lagi tidak ada masalah karena bulan Juli sudah masuk masa panen tebu sehingga akan tercukupi," terang Dwi.
Tidak hanya gula, komoditas lain seperti bawang putih yang harganya sempat melonjak pun dinilai aman. Masuknya stok impor membuat harga perlahan turun.
Meski begitu Dwi memberi perhatian khusus bagi komoditas beras. Produksi yang diperkirakan turun perlu perhatian dari pemerintah.
"Pangan relatif aman kecuali beras, perkiraan produksi tahun 2020 turun 4,7% dibandingkan tahun 2019," jelas Dwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News