Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Brasil mengumumkan Indonesia telah resmi menjadi anggota penuh BRICS pada Senin (6/1).
Menanggapi hal tersebut, Analis Senior Indonesia Strategic and Economic, Ronny Sasmita menilai bahwa kabar bergabungnya Indonesia dengan kelompok negara BRICS cukup mengagetkan.
Namun, keputusan tersebut jalan dengan preferensi geopolitik Presiden Prabowo Subianto yang memiliki solidaritas kuat terhadap negara berkembang.
Baca Juga: Menakar Untung Rugi Indonesia Jadi Anggota Penuh BRICS
Ronny menilai, bergabungnya Indonesia dengan BRICS akan membuka akses ekspor yang lebih besar ke negara anggota, sehingga memperkuat posisi Indonesia dalam rantai perdagangan global.
Selain itu, Indonesia juga berpeluang mendapatkan teknologi dari China, Rusia dan Indonesia dengan biaya yang lebih murah.
Hanya saja, Ronny mencatat bahwa Indonesia bisa menjadi lebih tergantung pada negara-negara BRICS untuk teknologi dan produk, sehingga meningkatkan potensi banjir produk asing, terutama dari China.
Secara geopolitik, langkah ini juga dapat memicu pandangan sinis dari negara maju yang menganggap Indonesia mulai condong ke salah satu sisi.
Baca Juga: 6 Manfaat Jadi Anggota Penuh BRICS Bagi Indonesia
"Secara ekonomi peluangnya akan sangat besar, walaupun mungkin ada risiko geoekonomi dari negara-negara maju yang menganggap Indonesia mulai menginjakkan kaki secara tendensius ke salah satu sisi," ujar Ronny kepada Kontan.co.id, Selasa (7/1)
Ronny juga menilai, Indonesia kemungkinan besar juga akan mendapat lebih banyak proyek One Belt One Road (OBOR) dari China.
"Karena China memang menjadikan BRICS ini salah satu medium untuk menyukseskan OBOR. Jadi kita berkemungkinan besar akan mendapatkan proyek-proyek OBOR ini lebih banyak lagi ke depannya dengan pembayaran langsung dari China," katanya.
Kemudian, dengan bergabungnya Indonesia ke BRICS, dapat mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Ketergantungan Indonesia terhadap dolar itu akan berkurang. Mungkin Indonesia akan ikut ke dalam proses dedolarisasi secara internasional kita berada di sisi BRICS. Ini salah satu keunggulannya juga yang kemungkinan besar ada risikonya," imbuh Ronny.
Baca Juga: Indonesia Resmi Jadi Anggota Penuh BRICS, Kadin: Buka Peluang Kerja Sama Ekonomi
"Indonesia juga dengan peningkatan ekspor ke negara-negara BRICS juga tidak akan mendapatkan dolar, tapi mendapatkan mata uang yang dipakai oleh anggota BRICS.
Artinya ada potensi rupiah akan melemah terhadap dolar, tapi menguat dan membaik terhadap mata uang yang lain yang ada di BRICS. Terutama mata yang yang diakui secara bersama di BRICS seperti yuan atau ren ming bi," katanya.
Selanjutnya: Cermati Saham-Saham yang Paling Banyak Dijual Asing Kemarin, Selasa (7/1)
Menarik Dibaca: Awas 5 Zodiak Ini Punya Potensi Suka Berselingkuh dari Pasangannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News