kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,72   -9,77   -1.06%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini prediksi para ekonom tentang hasil RDG Bank Indonesia (BI) bulan ini


Minggu, 12 April 2020 / 19:46 WIB
Ini prediksi para ekonom tentang hasil RDG Bank Indonesia (BI) bulan ini
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) berbincang bersama Senior Deputi BI Mirza Adityaswara (kedua kanan) dan jajaran Deputi BI Sugeng (kanan), Erwin Rijanto (kedua kiri) serta Dody Budi Waluyo (kiri) sebelum mengumumkan hasil Rapat Dewan Gu


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menurunkan kembali suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,50% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2020 lalu.

Lantas, bagaimana prediksi para ekonom terkait hasil RDG bulan April 2020?

Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana memprediksi, BI akan menahan suku bunga acuan di level 4,50% dalam RDG ini. Meski begitu, ia masih melihat masih adanya ruang terbatas bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga acuan.

"Hal ini untuk memastikan ketersediaan kebijakan moneter apabila kondisi skenario sangat berat akibat wabah Covid-19 terjadi," kata Wisnu kepada Kontan.co.id, Minggu (12/4).

Baca Juga: Ekonom Universitas Kebangsaan ramal BI tahan suku bunga acuan di level 4,50%

Senada dengan Wisnu, Ekonom Bank BCA David Sumual juga melihat bahwa BI belum perlu kembali menurunkan suku bunga acuan pada bulan ini.

Sementara itu, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira memandang bahwa BI masih perlu untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke level 42,5% pada RDG April 2020.

Menurutnya, dengan adanya pelonggaran moneter dari sisi suku bunga acuan ini di kondisi sekarang, mampu membantu daya beli masyarakat.  

Ini juga menimbang bahwa saat ini tidak semua lapisan masyarakat mampu mendapatkan fasilitas keringanan kredit perbankan/leasing.

"Setidaknya jika bunga yang rendah bisa menstimulus perekonomian khususnya sektor riil," kata Bhima.

Lebih lanjut, Bhima dan Wisnu sepakat bahwa di tengah kondisi saat ini bank sentral masih belum perlu untuk menaikkan suku bunga acuan, meski ini berpotensi menarik hot money ke Indonesia.

Baca Juga: Kuasai 54,94% saham BBCA, Robert Budi & Michael Bambang raup dividen Rp 7,2 triliun

Menurut Wisnu, ini disebabkan oleh covered interest parity Indonesia yang masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara tetangga.

Sementara Bhima bilang hal ini disebabkan oleh rupiah yang relatif menguat akibat intervensi BI dengan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed dalam kerjasama repo.

Untuk selanjutnya, Bhima melihat bahwa masih ada kebijakan-kebijakan lain yang bisa dilakukan oleh BI untuk menjaga perekonomian di tengah wabah Covid-19 ini. Antara lain dengan perbaikan insentif devisa hasil ekspor (DHE) serta meningkatkan LCS dengan negara mitra dagang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×