Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna meningkatkan layanan digital bagi masyarakat, Bank Indonesia menargetkan sistem baru BI Fast Payment bisa beroperasi secara penuh pada akhir 2021. Saat ini, perbankan tengah melakukan persiapan implementasinya sebelum bisa digunakan oleh nasabah secara luas.
Nantinya, ini akan menggantikan sekaligus modernisasi dari sistem kliring nasional BI (SKNBI). Dengan adanya BI Fast Payment ini, bank sentral berharap bisa mempercepat penyelesaian transaksi digital hanya dalam hitungan detik, selalu beroperasi, dan real time.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengaku menunggu sistem baru ini lantaran tuntutan nasabah semakin tinggi untuk layanan pembayaran yang cepat, murah, dan selalu beroperasi, dan real time. EVP for Application Management and Operation Division BRI I Nyoman Sugiriyasa bilang sistem baru ini aman mendorong perubahan sistem pembayaran digital dari fitur, kecepatan, dan penetapan tarif (pricing) transaksi.
“Kapabilitas BI Fast dibandingkan kliring dan RTGS (real time gross settlement) yang sudah jalan, sistem ini bisa berjalan 24 jam dan realtime baik transaksi maupun settlement-nya. Juga fitur proxy address enabled yang artinya kita bisa menggunakan nama alias untuk nomor rekening,” ujarnya.
Baca Juga: Piutang pembiayaan sejumlah multifinance terkerek permintaan kredit mobil
Bahkan sistem baru ini dilengkapi dengan sistem deteksi fraud. Juga ada fitur integrasi anti pencucian uang. Oleh sebab itu, BRI terus berupaya melakukan integrasi sistem baru itu terhadap layanan omnichannel dan membangun kerjasama ekosistem melalui BRIAPI.
“Fitur BI Fast itu nanti akan kita munculkan di aplikasi BRIMo, cash management, transaksi di cabang, Termasuk BRLlink Agent, dan ATM. Paling besar nantinya di API, karena akan menghubungkan dengan rekanan bank lain, e-commerce, dan startup yang membutuhkan dukungan pembayaran,” paparnya.
Kendati demikian, ia menilai terdapat tantangan dalam menjalankan sistem BI Fast ini seperti bank akan mendapatkan pendapatan komisi per transaksi lebih kecil. Kendati demikian, ia menilai bank akan terbiasa dengan komisi kecil, namun bank akan menggenjot volume transaksinya.
Head of Digital Banking Product Bank Syariah Indonesia Riko Wardhana bilang juga tengah menyiapkan implementasi dan integrasi sistem BI Fast agar bisa beroperasi pada akhir tahun. Ia bilang, sistem BI Fast memiliki kecanggihan memungkinkan mengirim dana tanpa nomor rekening karena ada fitur perlindungan proxy.
“Karena menggunakan nomor handphone atau email. Kita lihat, BI Fast akan membuat banyak efisiensi. Karena sistem transaksi melibatkan banyak pihak dan banyak cost untuk melakukan transaksi, dengan sistem baru ini bisa membuat lebih efisien,” paparnya.
Baca Juga: BI jajaki kerja sama LCS dengan Filipina, Korea Selatan, dan India
PT Bank Mandiri (Persero) juga sedang melakukan pengembangan BI Fast di sistem dan kanal elektronis bank. Thomas Wahyudi Senior Vice President Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri berharap sistem baru ini bisa dijalankan bagi nasabah sesuai target bersama dari BI di akhir tahun 2021.
“Dari sisi nasabah BI Fast ini memiliki experience yang berbeda dengan layanan transfer dana yang sudah ada saat ini. Jika layanan transfer saat ini pengirim wajib meng-input nomor rekening bank tujuan, maka dengan BI Fast, pengirim cukup hanya meng-input nomor HP atau email tujuan penerima. Edukasi dan sosialisasi yang intens, tepat dan mudah dipahami oleh nasabah menjadi tantangan tersendiri karena ini akan mengubah cara nasabah bertransaksi,” ujar Thomas kepada KONTAN pada Rabu (11/8).
Bank Mandiri melihat dengan implementasi BI Fast ini akan menambah opsi layanan transaksi bagi nasabah. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat nasabah untuk terus bertransaksi secara elektronis di kanal elektronis perbankan terutama dalam masa pandemi seperti saat ini dengan biaya yang lebih ekonomis dibandingkan sebelumnya.
Selanjutnya: Meski automigrasi ke BSI, kartu ATM BNI Syariah dan BRI Syariah masih bisa digunakan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News