kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Ini lima klaster baru penularan corona yang muncul sepekan terakhir


Jumat, 30 April 2021 / 18:52 WIB
Ini lima klaster baru penularan corona yang muncul sepekan terakhir
ILUSTRASI. Juru Bicara Vaksin Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Juru Bicara Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pada 29 April 2021 terjadi peningkatan kasus positif Covid-19 menjadi 5.833 kasus. Padahal sebelumnya laju kasus Covid-19 di Indonesia sudah di bawah 5.500 kasus.

"Kemarin, melonjak sebanyak 5.833 kasus, ini artinya ada tambahan 600 kasus. Dan ini menjadi alarm kita," kata Nadia dalam konferensi pers virtual Kemenkes, Jumat (30/4).

Meskipun kasus konfirmasi positif di Indonesia masih dalam batas normal, namun Nadia menekankan terjadi peningkatan kasus kematian sebanyak 20% dalam 7 hari ke belakang. Begitu juga dengan tren rawat inap di rumah sakit juga terjadi peningkatan 1,28% dalam sepekan.

Per 25 April lalu, juga tercatat adanya perubahan peta zonasi risiko di Indonesia. Peningkatan kabupaten/kota dengan kriteria risiko tinggi dari 6 kabupaten itu menjadi 19 kabupaten. Kemudian zona risiko sedang dari 322 kabupaten/kota menjadi 340 kabupaten/kota.

"Kita melihat banyak risiko Kabupaten/Kota dengan kriteria rendah itu berubah menjadi kabupaten risiko sedang dan tinggi. Ini menjadi catatan kita berarti daerah-daerah yang tadinya sudah berisiko rendah kembali terjadi penambahan kasus," kata Nadia.

Baca Juga: BPOM keluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Sinopharm

Perubahan peta zonasi risiko tersebut diperkirakan lantaran adanya peningkatan mobilitas masyarakat. Dari pantauan Kemenkes, sejak awal April terjadi pergerakan masyarakat ke sejumlah lokasi.

Bahkan, sepekan terakhir muncul klaster baru Covid-19 diantaranya klaster perkantoran, klaster buka bersama, klaster tarawih di Banyumas, Jawa Tengah, klaster mudik di Pati Jawa Tengah, dan klaster takziah di Semarang.

"Tentunya ini mengkhawatirkan kita karena kemungkinan terjadinya superspreader pada cluster ini. Jumlah orang yang positif dalam waktu yang singkat, dikarenakan interaksi yang kemudian tidak dijalankan dengan protokol kesehatan yang ketat, yang menyebabkan munculnya kasus positif di berbagai cluster ini," tuturnya.

Pada klaster tarawih di Banyumas sendiri, Nadia menerangkan, terdapat 51 orang positif Covid-19. Adapun ke-51 orang yang dinyatakan positif tersebut tertular pada saat pelaksanaan sholat tarawih di dalam dua masjid berbeda.

"Ada satu jamaah yang memang sudah kemudian positif Covid-19, jamaah tersebut walaupun sedang sakit tapi tetap berangkat tarawih. Hal ini menjadi perhatian kita bahwa demi keselamatan kita harus melakukan protokol kesehatan. Jika kita dalam kondisi kesehatan yang kurang baik tentunya kita tunda sampai kita sehat untuk berangkat tarawih ataupun melakukan aktivitas bersama jamaah lain," terangnya.

Nadia menegaskan, kebijakan relaksasi dari pemerintah untuk pelaksanaan ibadah di bulan Ramadhan harus dibarengi pelaksanaannya dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Kemudian pada klaster buka bersama dimana pada saat makan dan berbicara menjadi faktor yang memungkinkan terjadinya penularan virus Covid-19. Nadia menekankan pentingnya penerapan protokol kesehatan yang disiplin dan ketat oleh masyarakat untuk menekan laju pertamanan kasus.

Antisipasi perlu dilakukan melihat terjadinya gelombang penambahan kasus di beberapa negara. Bahkan Jepang yang selama tiga bulan lalu mampu menekan laju pertambahan kasus, kini juga mulai terjadi lonjakan hampir 1.000 kasus perhari. Nadia menegaskan hal serupa diharapkan tidak terjadi di Indonesia.

"Kembali semua harus dilakukan dengan protokol kesehatan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Kita sudah lihat sejumlah negara kembali melakukan pembatasan mobilisasi bagi masyarakatnya menyusul karena adanya lonjakan kasus," ungkapnya.

Selanjutnya: 6 Juta bulk vaksin Sinovac dan 482.400 dosis vaksin Sinopharm tiba di Jakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×