kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Ini gejala Koperasi yang sakit


Senin, 24 Juli 2017 / 17:33 WIB
Ini gejala Koperasi yang sakit


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kementerian Koperasi dan UKM bubarkan 43.000 koperasi di Indonesia dan membina 76.000 koperasi sakit. Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Hanifiah Sulaiman terdapat enam gejala koperasi sakit. Hal tersebut Hanafiah sampaikan kepada KONTAN pada Senin (24/07) di Jakarta.

"Pertama secara akumulasi anggotanya gak bertambah. Kemudian, rapat anggota tahunan tidak tepat waktu atau bahkan tidak dilaksanakan," ungkap Hanafiah.

Adapun gejala lainnya adalah koperasi tidak memiliki sistem manajemen yang jelas. Baik fungsi pengurus maupun fungsi pengelola tidak berjalan. Selanjutnya partisipasi anggota semakin lama semakin menurun seperti tidak melakukan simpan pinjaman, tidak berbelanja bahkan tidak hadir dalam Rapat Anggota.

Berikutnya Hanafiah bilang, koperasi yang sakit biasanya tidak taat akan hukum yang berlaku. Terakhir, koperasi tidak menjalankan prinsip dan nilai koperasi dalam usaha dan organisasinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×