kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini dia penyebab UN kacau balau


Senin, 13 Mei 2013 / 17:51 WIB
Ini dia penyebab UN kacau balau
ILUSTRASI. Staff members stand near the company logo at a Xiaomi store in Shanghai, China November 1, 2021. REUTERS/Aly Song


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Amal Ihsan

JAKARTA. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh akhirnya mengumumkan hasil investigasi pelaksanaan Ujian Nasional (UN) SMA/SMK/MA tahun ini. Hasil investigasi menemukan, ada 4 faktor utama penyebab yang menyebabkan pelaksanaan UN kacau balau.

Empat faktor tersebut adalah keterlambatan keluarnya DIPA dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), kelemahan manajerial dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), kelemahan manajerial dari PT Ghalia Printing, dan kelemahan Tim Pengawas Percetakan.

Pertama, keterlambatan pelaksanaan UN disebabkan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud baru keluar pada 13 Maret 2013. Padahal persetujuan DPR sudah keluar sejak 21 Desember 2012 lalu. 

Pada 26 Desember 2012, Mendikbud mengajukan revisi DIPA untuk Balitbang Kemendikbud karena kebutuhan biaya proses pelaksaan UN ada perubahan. Sayangnya, revisi ini tak kunjung mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan yang kala itu dijabat oleh Agus Martowardoyo.

Berlarutnya kondisi ini menyebabkan Mendikbud akhirnya membawa persoalan ini di Rapat Komite Pendidikan yang dipimpin Wakil Presiden RI pada 22 Februari 2013. Tak hanya disitu, Mendikbud sampai menggelar rapat terbatas dengan Menkeu pada 25 Februari 2013 sampai dibawa ke Presiden RI pada 28 Februari 2013.

Mendikbud terus mendesak mengingat agenda pelaksanaan UN sudah mendesak. "Akhirnya keluarlah DIPA itu pada 13 Maret, kemudian tanggal 15 Maret langsung tanda tangan kontrak dengan percetakan," kata Nuh.

Kedua, lemahnya manajerial dari Kemendikbud itu sendiri. Ini terlihat dari lambatnya proses penyerahan master soal UN yang semestinya diserahkan seluruhnya pada 15 Maret, namun ternyata sebagian molor sampai tanggal 18 dan 23 Maret. Peringatan dini dari Inspektorat Jenderal Kemendikbud terkait molornya penyerahan master soal UN cenderung diabaikan. "Meski bagi 5 perusahaan lain ini tidak berpengaruh, ternyata ini berpengaruh bagi PT Ghalia Printing," ujar Nuh.

Ketiga, lemahnya komitmen manajemen PT Ghalia Printing. Ini terlihat dari lambatnya proses pengiriman naskah soal UN yang sudah selesai pada jam 3 dini hari. Saat Mendikbud dan rombongannya menginspeksi pada pukul 7.30 pagi, jutaan tumpukan naskah tetap belum dikirimkan oleh perusahaan. "Padahal pesawat di Bandara Halim Perdana Kusuma sudah siap dan lama menanti," kata Nuh.

Keempat, kelemahan di Tim Pengawas yang terjadinya tak lepas dari kelemahan ketiga. Keterlambatan tibanya naskah soal UN membuat sebagian anggota Tim Pengawas yang terdiri dari aparat BSNP serta campuran dari perwakilan Perguruan Tinggi Negeri menjadi panik. Kondisi inilah yang mengakibatkan terjadinya kesalahan alamat pengiriman naskah dan sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×