kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini Dampak Kebijakan BI yang Tetap Mengambil Langkah Berbeda dari Bank Sentral Lain


Kamis, 23 Juni 2022 / 21:06 WIB
Ini Dampak Kebijakan BI yang Tetap Mengambil Langkah Berbeda dari Bank Sentral Lain
ILUSTRASI. Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga di level 3,5% dalam rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (23/6).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) mengerek sebesar 75 basis poin (bps) dalam pertemuan pekan lalu. Selain The Fed, ada juga Bank Sentral Uni Eropa yang menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga tingkat inflasi.

Sedangkan Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga di level 3,5% dalam rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (23/6).

Masih berbeda langkah dengan bank sentral negara lain, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan BI ini memang akan memberikan dampak bagi kondisi dalam negeri. Perry mengambil contoh, salah satu yang terdampak adalah aliran modal ke investasi portofolio, khususnya di pasar surat berharga negara (SBN).

Perry menyebut, yang investor adalah perbedaan imbal hasil (yield) dari surat-surat berharga.

“Dalam hal ini, bila kemudian suku bunga kebijakan AS naik, maka imbal hasil obligasi AS juga naik. Nah, perbedaan imbal hasil US Treasury dengan SBN inilah yang akan menentukan investor akan masuk ke pasar SBN atau tidak,” jelas Perry, Kamis (23/6) secara daring.

Baca Juga: BI Yakin Suku Bunga Kebijakan The Fed Tahun 2022 Ada di Level 3,5%

Perry mengakui, saat ini aliran modal asing ke SBN memang tidak kuat. Bahkan, bila menilik data transaksi yang dicatat oleh BI, dari awal tahun hingga 16 Juni 2022 atau secara year to date (ytd), nonresiden melakukan aksi jual neto Rp 96,49 triliun.

Namun, ini bukan berarti ancaman besar bagi Indonesia, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah. Perry mengklaim, saat ini stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga seiring dengan kondisi neraca transaksi berjalan yang surplus pada paruh pertama tahun ini dan pasokan fundamental valuta asing yang masih tinggi.

Ini juga menjadi salah satu alasan bagi BI kemudian tidak menaikkan suku bunga acuan, yaitu ketahanan eksternal yang masih mumpuni. BI pun berkomitmen untuk tetap menjaga kondisi ini lewat berbagai bauran kebijakan.

Baca Juga: Terkait Peluang Kenaikan Suku Bunga Acuan, Begini Jawaban Gubernur BI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×