kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ini dampak jika redenominasi tidak dilakukan


Rabu, 23 Januari 2013 / 11:36 WIB
Ini dampak jika redenominasi tidak dilakukan
ILUSTRASI. Bank KB Bukopin


Reporter: Edy Can | Editor: Edy Can


JAKARTA. Menteri Keuangan Agus Martowardojo menjelaskan pemerintah akan melakukan redenominasi rupiah. Hal ini disebabkan nilai pecahan uang rupiah saat ini dinilai tidak efisien.

"Saat ini, rupiah memiliki jumlah digit yang terlalu banyak sehingga berpotensi menyebabkan inefisiensi," kata Agus saat memberikan sambutan di acara Kick Off Konsultasi Publik Perubahan Harga Rupiah Redenominasi Bukan Sanering di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (23/1).

Menurut Agus, masih banyak dampak inefisiensi jika redenominasi tidak segera dilakukan. Pertama, proses input data, pengelolaan data base, pelaporan data dan penyimpanan data akan cenderung tidak efisien. Demikian pula dengan pelaksanaan sistem akuntansi dan pelaporan serta penerapan teknologi informasi.

"Penggunaan digit yang terlalu banyak menimbulkan pemborosan dalam penyajian laporan dan akuntansi serta dalam penggunaan memori pada berbagai perangkat IT," katanya.

Kedua, uang dengan jumlah digit yang terlalu banyak akan menimbulkan kerumitan perhitungan dalam transaksi ekonomi sehingga berpotensi menimbulkan kekeliruan serta memakan waktu lebih lama.

Dari sisi sistem pembayaran nontunai, jumlah digit yang terlalu besar dapat menyebabkan permasalahan transaksi akibat nilai transaksi yang melampaui jumlah digit yang dapat ditoleransi oleh infrastruktur sistem pembayaran dan sistem pencatatan.

Dampak lain yang cukup terasa terjadi pula dalam dunia pendidikan. Denominasi rupiah yang besar kurang mendukung pendidikan dasar anak usia sekolah karena transaksi tunai sehari-hari yang jumlah digitnya besar.

"Ini sangat berbeda dengan kebanyakan contoh transaksi dalam materi pelajaran di buku teks sekolah," tambahnya.

Di tempat yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution juga menjelaskan hal senada. Darmin mencontohkan, selama 2012 lalu, nilai nominal transaksi melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) telah mencapai Rp 404 triliun per hari atau meningkat 187 persen dibanding 2009 yang hanya Rp 141,9 triliun per hari.

"Dalam tiga tahun lalu saja, sudah naik tiga kali lipat, lalu bagaimana dalam lima tahun ke depan, apalagi kalau transaksi itu dikalikan dalam setahun. Berapa jumlah 0 yang ada di pencatatan," kata Darmin.

Di sisi lain, seiring dengan meningkatnya transaksi di masyarakat tersebut, jumlah digit mata uang yang digunakan dalam bertransaksi pun semakin banyak. Oleh karena itu, ke depan, kebutuhan penyederhanaan atau redenominasi diperkirakan akan terus meningkat karena berbagai pertimbangan, terutama peningkatan efisiensi.

"Dengan redenominasi, jumlah digit rupiah akan menjadi lebih sederhana sehingga akan terjadi peningkatan efisiensi di sektor keuangan dan sektor riil. Penyelesaian dan pencatatan transaksi pun akan lebih singkat dan biayanya lebih murah," tambahnya. (Didik Purwanto/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×