Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sebut, daerah-daerah tujuan wisata yang paling merasakan penurunan jumlah wisatawan yaitu Manado, Bali dan Batam. Berdasarkan Data Kementerian Pariwisata, hingga pekan kedua April juga mencatat sebanyak 180 destinasi dan 232 desa wisata di Indonesia ditutup.
Sementara berdasarkan data PHRI, industri pariwisata telah mengalami kehilangan potensi pendapatan dari wisatawan asing sekitar US$ 4 miliar atau setara dengan Rp 60 triliun sejak Januari 2020 hingga April 2020 akibat wabah Corona dari pasar domestik sektor Hotel kehilangan potensi penerimaan sekitar Rp 30 triliun.
Baca Juga: Mulai 25 Juni, Garuda Indonesia Premium City Check-in hadir di Hutan Kota By Plataran
Adapun BPS mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Januari sampai Februari 2020 hanya 2,6 juta orang atau turun 11,8% dibanding periode yang sama tahun lalu. Kunjungan sepanjang Februari secara tahunan bahkan anjlok 28,85%.
Pada saat yang sama tingkat keterisian kamar hotel klasifikasi bintang rata-rata hanya 49,2%. Kondisi saat ini tingkat hunian untuk Hotel mendekati nihil dan restoran juga mengalami hal yang sama berdasarkan data phri pada 21 April 2020 sedikitnya 1674 hotel dan 353 restoran atau tempat hiburan kini berhenti beroperasi.
Direktur Manajemen Industri Kemenparekraf Henky Hotman Parlindungan mengatakan, dampaknya beberapa Hotel telah memberhentikan pekerja harian dan melakukan cuti di luar tanggungan perusahaan bagi pekerja kontrak dan pekerja tetap melakukan waktu kerja secara bergiliran "bagi hotel dan restoran hal ini dilakukan perusahaan agar cash flow tetap terjaga," kata Henky saat konferensi virtual, Kamis (18/6).
Menurutnya, 75 juta pekerja di industri perjalanan dan pariwisata sedunia rentan terdampak. 48 juta diantaranya di Asia Pasifik dan mempunyai Efek domino terhadap sektor lain. Pariwisata adalah sektor yang rentan dan paling terpuruk sejauh ini sektor usaha ini didominasi 80% UKM dan jutaan mata pencaharian rentan terdampak. "Pemulihan total industri perjalanan dan pariwisata akan terjadi di tahun 2022 dan 2023," katanya.
Baca Juga: Begini strategi Tourindo Guide Indonesia (PGJO) menghadapi pandemi virus corona
Henky menjelaskan preferensi pemangku kepentingan setelah pandemi covid-19, dari sisi pemerintah mengizinkan pandemi teratasi sehingga perekonomian bangkit dan kondisi nasional yang healthy & hygienie-safety & secure.
Sementara dari dunia usaha pariwisata dan ekraf, spending investasi akan melambat, likuiditas & pertumbuhan kredit usaha juga melambat, dan menjadikan healthy & hygiene-safety & secure, sebagai dasar pengembangan produk wisata dan ekraf.
Wisatawan juga akan berhati-hati dalam pengeluaran, menjadi lebih selektif memilih destinasi dan atraksi pariwisata (dengan pertimbangan kesehatan & keamanan), tren mass tourism akan berganti dengan private tourism. Selain itu, Henky mengharapkan, setelah covid-19 perekonomian kembali bergairah dan pola pengembangan destinasi menjadi ramah lingkungan.
Baca Juga: Kemenparekraf siap gaet wisatawan mancanegara di masa transisi new normal
Kemenparekraf juga telah menyiapkan handbook (buku pedoman) yang mengacu pada standar global sebagai panduan teknis bagi pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Handbook ini merupakan turunan yang lebih detil dari protokol yang sedang disusun oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berdasarkan masukan dari Kemenparekraf untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Dengan diterapkannya protokol dengan baik, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan wisatawan. Hal itu penting lantaran kepercayaan masyarakat menjadi kunci dalam percepatan pemulihan ekonomi. Karena itu, protokol kesehatan mesti menjadi perhatian untuk diimplementasikan secara ketat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News