Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) untuk tidak menaikkan suku bunga didorong oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang melandai, terutama keputusan The Fed menaikkan suku bunga.
"Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kuat pada 2018 diperkirakan mengalami konsolidasi pada 2019," jelas Perry Warjiyo, Gubernur BI saat konferensi pers, Kamis (20/2).
Prospek konsolidasi pertumbuhan ekonomi AS dan ketidakpastian pasar keuangan diperkirakan menjadi alasan The Fed menurunkan kecepatan kenaikan suku bunga pada 2019. Setelah pada Desember 2018 menaikkan 25 basis poin (bps) menjadi 2,25-2,5%.
Dengan keputusan tersebut, BI telah mengantisipasi kenaikan pada bulan November lalu. "November lalu kami mempertimbangkan kenaikan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan. Artinya kenaikan suku bunga The Fed saat ini sudah kami prediksi di November. Oleh karena itu kenaikan tadi malam ya sudah kami perhitungkan," jelasnya.
Di Eropa, pertumbuhan ekonomi cenderung melambat, meskipun arah normalisasi kebijakan moneter bank sentral Eropa (ECB) pada 2019 tetap menjadi perhatian. Sedangkan di negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Tiongkok terus melambat dipengaruhi melemahnya konsumsi dan ekspor neto.
"Perlambatan ekonomi Tiongkok antara lain akibat pengaruh ketegangan hubungan dagang dengan AS, serta berlanjutnya proses deleveraging di sistem keuangan," jelasnya.
Pertumbuhan ekonomi dunia yang melandai serta risiko hubungan dagang antar negara dan geo-politik yang masih tinggi berdampak pada tetap rendahnya volume perdagangan dunia.
Sejalan dengan itu, harga komoditas global menurun, termasuk harga minyak dunia akibat peningkatan pasokan dari AS, OPEC dan Rusia.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat ditopang permintaan domestik. Indikator ekonomi triwulan IV 2018 menunjukkan konsumsi swasta tetap kuat ditopang daya beli dan keyakinan konsumen yang terjaga serta dampak positif persiapan Pemilu.
Investasi tetap kuat didorong proyek infrastruktur pemerintah sedangkan investasi non-bangunan melambat dipengaruhi perkembangan sektor manufaktur dan pertambangan.
Sementara itu, kontribusi ekspor neto diperkirakan masih negatif dipengaruhi ekspor yang melambat sejalan dengan permintaan global yang melandai dan harga komoditas ekspor yang menurun, di tengah impor yang tetap tinggi didorong permintaan domestik yang masih kuat.
Dengan demikian, kebijakan BI menahan suku bunga tetap sebagai upaya menekan pelebaran defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) serta menjaga daya saing pasar keuangan domestik.
"Memang perlu upaya lebih lanjut untuk mendorong ekspor. Koordinasi dengan pemerintah termasuk mendorong manufaktur," jelasnya.
Perry kembali menyimpulkan, normalisasi kebijakan moneter di negara maju lain dan AS serta tren pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, mempengaruhi volume perdagangan dan harga komoditas. Sehingga mempengaruhi kinerja ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News