Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BALI. Indonesia menjadi tuan rumah dalam Presidensi G20 pada 2022 mendatang. Nah, rangkaian presidensi pun sudah dimulai pada minggu lalu.
Pada Kamis (9/12) dan Jumat (9/12) lalu, ada agenda forum G20 jalur Keuangan atau Finance Track yang dimulai dengan pertemuan tingkat deputi Kementerian Keuangan serta bank sentral alias Finance and Central Bank Deputies (FCBD) meeting dan akan dilaksanakan di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menjelaskan, setidaknya ada 6 topik yang dibahas dalam FCBD tersebut dan ini dibahas dalam 6 sesi.
Dalam sesi pertama, para delegasi membahas terkait prospek ekonomi global dan risiko yang dihadapi, normalisasi kebijakan terkait.
Baca Juga: BI beberkan pembahasan mengenai topik ini sempat alot di forum G20
Dalam sesi 1, topik yang dibahas antara lain prospek ekonomi global dan risiko yang dihadapi, normalisasi kebijakan terkait pandemi, serta dampak jangka panjang pandemi Covid-19.
Untuk kondisi ekonomi global, para delegasi melihat adanya kecepatan pemulihan yang lebih lambat. Beberapa risiko yang membayang antara lain risiko mengenai kesehatan, risiko inflasi yang tinggi, masalah ketersediaan bahan baku di level produksi, serta isu perubahan iklim.
Di tengah pemulihan ekonomi yang masih belum merata, kemudian timbullah isu normalisasi yang harus dilakukan lebih awal dari rencana semula. Ini tentu saja akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi masing-masing negara.
“Normalisasi harus dilakukan secara smooth, gradual. Terlalu cepat normalisasi bisa berbahaya pada proses pemulihan yang sedang berlangsung, terlalu lama normalisasi juga mengganggu stabilitas sistem keuangan di jangka menengah panjang. Jadi penting untuk dirancang,” tutur Dody, Jumat (10/12).
Baca Juga: Menko Airlangga: Tahun 2022 jadi periode keberlanjutan pemulihan ekonomi
Negara-negara G20 pun harus memiliki kebijakan yang sifatnya struktural, karena tanpa kebijakan tersebut, luka akibat pandemi Covid-19 bisa membekas di jangka menengah panjang dan menghambat laju pertumbuhan ekonomi.
Pada sesi kedua, pembahasan terkait jaring pengaman keuangan internasional, isu-isu utang negara miskin, mata uang digital bank sentral atau central bank digital currency (CBDC).