Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Meski masih akan melakukan penilaian ulang terhadap rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) di tahun depan, Bank Indonesia (BI) akan tetap mewaspadai dampak rencana kebijakan moneter Negeri Paman Sam tersebut. BI mengaku, menyiapkan tiga pertahanan untuk mengantisipasi dampak hal tersebut.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, sinyal kenaikan suku bunga AS sebanyak tiga kali di tahun depan akan dimasukkan dalam simulasi kebijakan BI. Ia mengaku, bank sentral BI menyiapkan tiga pertahanan untuk mengantisipasi dampak hal itu terutama dampak terhadap keluarnya arus modal asing (capital outflow).
Pertama, pengaturan bauran kebijakan baik untuk suku bunga, nilai tukar, hingga pengawasan (surveillance) untuk menjaga stabilitas. Sementara itu, aturan yang berhubungan dengan likuiditas, makroprudensial, dan sistem pembayara fokus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kedua, cadangan devisa (cadev) yang cukup. Menurutnya, dengan penerbitan surat berharga negara (SBN) berdenominasi dollar AS oleh pemerintah sebesar US$ 3,5 miliar pada awal bulan ini, akan cukup untuk mengantisipasi gejolak yang timbul akibat sentimen eksternal.
Ketiga, kerja sama dengan bank sentral lainnya, baik bilateral, regional, maupun multilateral. Salah satunya sebagaimana perpanjangan kerja sama bilateral swap arrangement (BSA) dengan Bank of Japan (BoJ) senilai US$ 22,76 miliar pada pekan lalu.
"Akan tetapi kami yakin dengan setting strong policy dan kecukupan cadev dalam antisipasi itu, cukup untuk melakukan antisipasi," kata Perry akhir pekan ini.
Umumnya pasar akan memperhitungkan implementasi kenaikan suku bunga AS sebagaimana yang terjadi pada kenaikan pekan lalu. Menurutnya, pasar hanya merespon pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh para petinggi The Fed.
"Umumnya pasar price in sehingga kalau ada tekanan outflow tidak besar, tetapi temporer," kata Perry optimistis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News