Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Permata melihat potensi peningkatan inflasi pada tahun 2022 yang didorong oleh harga diatur oleh pemerintah (administered price).
Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, inflasi pada tahun depan bergerak di kisaran 3% hingga 3,5%, atau meningkat dari perkiraan inflasi di tahun 2021 yang di bawah 2%.
“Secara keseluruhan, ini didorong oleh inflasi administered price khususnya penghapusan Premium yang disertai dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (29/12).
Josua mengatakan, peningkatan harga BBM non subsidi dan penghapusan Premium ini akan memiliki dampak lanjutan (second round effect) inflasi pada komponen transportasi.
Baca Juga: Ekonom CORE Wanti-Wanti Inflasi Tahun Depan Bisa Melonjak Dua Kali Lipat
Apalagi, mengingat konsumsi BBM saat ini didominasi oleh konsumsi Pertalite sebanyak 50% dari total konsumsi serta Premium dengan pangsa sekitar 30% dari total konsumsi.
Kenaikan inflasi selanjutnya akan memengaruhi tingkat konsumsi masyarakat, terutama konsumen pada segmen 40% terbawah dan bahkan masyarakat berpenghasilan menengah bila tidak diikuti dengan kenaikan tingkat pendapatan yang signifikan.
Dengan kondisi tersebut, Josua memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di tahun depan berada di kisaran 4,5% hingga 5% dan pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 4,8% hingga 5,2%.
Baca Juga: Peningkatan Sejumlah Tarif Bisa Sundut Inflasi di Tahun Depan
Meski ada risiko di komponen konsumsi rumah tangga, Josua melihat pertumbuhan ekonomi masih mendapatkan suntikan positif dari potensi investasi swasta di tahun dengan dan ekspor yang masih didorong oleh peningkatan harga komoditas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News