Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menargetkan inflasi pada tahun 2024 bergerak di kisaran 2,5% plus minus 1%. Target tersebut turun dibandingkan target inflasi tahun 2023 yang sebesar 3% plus minus 1%.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, untuk mencapai target tersebut, tentu harus ada upaya ekstra dari pemerintah.
Salah satunya, adalah dengan menekan inflasi pangan. Mengingat, inflasi volatile food merupakan penyumbang besar bagi pergerakan inflasi umum.
"Inflasi pangan tidak boleh lebih dari 3%. Karnea ini bobotnya paling besar. Kalau inflasi pangan naik, maka menggeret yang lain. Kalau bisa di bawah 3% yoy," tegas David kepada Kontan.co.id, Kamis (31/8).
Baca Juga: Ekonom: Anggaran Pengendalian Inflasi 2024 Harus Efektif
Nah, untuk menekan inflasi pangan berada di bawah 3% yoy pada tahun depan, David pun menyarankan sejumlah hal dilakukan oleh pemerintah.
Pertama, adanya dana penanganan inflasi pangan. Namun, ia menyarankan dana yang ada juga diarahkan pada peningkatan produksi pangan.
Sehingga, nantinya ketersediaan pangan akan berkelanjutan yang tentu saja baik untuk masa depan suplai pangan Indonesia.
Kedua, meningkatkan produktivitas lahan pertanian pangan. Seperti, padi, cabai, bawang-bawangan. Mengingat, ini merupakan beberapa komoditas paling banyak menyumbang inflasi.
Ketiga, diversifikasi pangan. David mengambil contoh terkait makanan pokok. Makanan pokok di Indonesia bukan hanya beras, tetapi bisa juga dari jagung, kentang, dan lain-lain.
"Misalnya suatu daerah sudah terbiasa makan jagung atau kentang, jangan dipaksa untuk bisa makan nasi. Jadi, ini merupakan salah satu diversifikasi pangan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News