kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi Tahun 2022 Diproyeksi Naik di Atas 5,5%, Ini Penyebabnya Menurut Ekonom


Selasa, 19 April 2022 / 14:17 WIB
Inflasi Tahun 2022 Diproyeksi Naik di Atas 5,5%, Ini Penyebabnya Menurut Ekonom
ILUSTRASI. Pedagang menjual sayur-mayur di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/hp.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Center of Reform on Economics (Core) memperkiakan inflasi pada 2022 akan di atas 5,5% year on year (yoy).

Direktur Eksekutif Core Mohammad Faisal mengatakan, proyeksi ini diperkirakan akan terjadi jika sepanjang 2022 kebijakan terkait harga-harga pangan dan energi seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax pada April lalu, wacana adanya kenaikan Pertalite, serta kenaikan gas LPG 3 kg dan juga listrik mengalami peningkatan harga.

“Jadi jika kenaikan tersebut terjadi bukan hanya lebih besar dibandingkan 2 tahun lalu, tapi dibandingkan dengan pra pandemi (2019) yang inflasinya 2,72%. Jadi bisa dibayangkan setelah lebih dari 5 tahun inflasi rendah sejak di 2014, inflasi di 2022 diperkirakan akan tinggi lagi,” tutur Faisal dalam agenda CORE Quarterly Review 2022: Menghadang Inflasi Menuju Kondisi Pra-Pandemi, Selasa (19/4).

Menurutnya, kenaikan harga-harga pangan dan energi tersebut sangat terasa dampaknya bagai masyarakat dari peningkatan harga ini. Sebelumnya inflasi tertinggi terakhir terjadi pada 2014, yang mencapai 8,36%, karena adanya kebijakan pemerintah yang umumkan kenaikan harga BBM saat awal Presiden Joko Widodo menjabat.

Baca Juga: Inflasi Diproyeksi Bisa Tembus 4% pada 2022, Ini Saran Ekonom ke Pemerintah

Faisal bilang, memang inflasi di atas 5% bukan kategori inflasi yang tinggi. Akan tetapi perkiraan inflasi yang terjadi di 2022 ini akan terasa berbeda dampaknya antara masyarakat kelompok atas dan bawah.

“Misalnya harga minyak goreng tidak terlalu dirasakan oleh kelas atas, tapi kalua kalangan bawah sampai antri, dan bahkan ada yang meninggal. Jadi ini terjadi perbedaan nasib yang perlu menjadi sorotan, bukan hanya pada pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Faisal memperkirakan, inflasi akan jauh lebih rendah di kisaran 2,% jika pemerintah tidak menaikkan harga pangan dan energi. Namun, dengan adanya penerapan tarif PPN yang naik dari 10% menjadi 11%, dan juga  harga Pertamax dinaikan pada April 2022, maka inflasi 2022 di atas 3,5%.

“Namun jika adanya peningkatan harga pangan dan energi seperti Pertamax, Pertalite (asumsi Rp 9.000), dan PPN, maka inflasi di 2022 diproyeksikan sebesar 5%,” imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×