kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.430   57,00   0,35%
  • IDX 7.618   3,14   0,04%
  • KOMPAS100 1.065   5,05   0,48%
  • LQ45 805   1,84   0,23%
  • ISSI 256   1,72   0,68%
  • IDX30 416   0,88   0,21%
  • IDXHIDIV20 476   -0,82   -0,17%
  • IDX80 120   0,62   0,51%
  • IDXV30 123   0,46   0,37%
  • IDXQ30 133   0,19   0,15%

Inflasi dan Pelemahan Daya Beli Bayangi Keberhasilan Paket Stimulus Pemerintah


Selasa, 29 Juli 2025 / 17:02 WIB
Inflasi dan Pelemahan Daya Beli Bayangi Keberhasilan Paket Stimulus Pemerintah
ILUSTRASI. Konsumen berbelanja di pusat perbelanjaan di Tangerang Selatan, Banten. Inflasi tinggi hingga penurunan daya beli masyarakat bisa menjadi faktor yang menghambat pada efektivitas paket stimulus yang diluncurkan tersebut../pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/10/07/2025


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rencana pemerintah meluncurkan paket stimulus ekonomi pada semester II 2025 masih menghadapi berbagai tantangan signifikan. Mulai dari inflasi tinggi hingga penurunan daya beli masyarakat bisa menjadi faktor yang menghambat pada efektivitas paket stimulus yang diluncurkan tersebut.

M. Rizal Taufikurahman, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finane (Indef), menjelaskan bahwa tujuan dari stimulus ekonomi yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari setengah PDB. Namun yang perlu diingat, sektor-sektor terkait tersebut seperti pariwisata dan properti, saling berhubungan dan memberikan efek ganda pada aktivitas ekonomi.

“Keberhasilan paket ini sangat ditentukan oleh konteks makro saat ini yakni turunnya daya beli akibat tekanan inflasi pangan yang masih tinggi, suku bunga kredit konsumsi yang belum turun, dan ekspektasi publik yang masih wait and see,” ujar Rizal kepada Kontan.co.id, Selasa (29/7).

Baca Juga: Realisasi Anggaran Paket Stimulus Ekonomi Tembus Rp 13,6 Triliun Hingga Juni 2025

Menurutnya insentif konsumsi seperti diskon transportasi serta insentif PPN untuk rumah bisa efektif jika pelaksanaannya cepat, targetnya tepat, dan anggarannya memadai.

“Misalnya, insentif PPN rumah bisa mendorong sektor properti, tapi tanpa kepastian pasokan rumah di segmen menengah bawah, justru akan menciptakan inflasi harga baru,” jelas Rizal.

Lanjut Rizal, tantangan utama tidak hanya terletak pada fiskal, tapi juga pada aspek governance.

“Efektivitas stimulus sangat ditentukan oleh sinergi antara belanja negara dan ekspektasi pelaku ekonomi, bukan sekedar volume, tapi momentum dan presisinya,” terangnya.

Ia juga mencatat bahwa untuk mencapai target pertumbuhan tahunan sebesar 5,2%, ekonomi harus tumbuh minimal 5,3% pada semester kedua.

“Angka yang secara teknis mungkin, tetapi secara fundamental penuh tantangan,” tegasnya.

Baca Juga: Sri Mulyani Siapkan Paket Stimulus Baru Jelang Nataru, Siapa yang Kecipratan?

Dengan pertumbuhan pada kuartal I-2025 yang hanya 4,87%, menurutnya beban korektif tertumpu pada strategi fiskal dan konsumsi domestik.

“Jika stimulus yang digulirkan tidak segera dikonversi menjadi aktivitas ekonomi riil dalam bentuk konsumsi, investasi, dan perputaran sektor jasa, maka ekspektasi 5,3% akan lebih menjadi ilusi retoris ketimbang capaian faktual,” cetusnya.

Ia menekankan bahwa stimulus fiskal harus berfungsi sebagai penggerak yang nyata, bukan sekedar headline kebijakan.

“Momentum ekonomi di semester II akan sangat ditentukan oleh kemampuan fiskal negara menjadi akselerator nyata, bukan hanya stimulan saja,” tambahnya.

Rizal juga menyarankan pemerintah untuk menunjukkan sinyal fiskal yang lebih agresif, terkoordinasi, dan antisipatif agar bisa mencapai target pertumbuhan yang diinginkan.

Tidak Berdampak Besar

Sementara itu, ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai, paket stimulus ekonomi yang dirancang untuk semester II 2025 tidak cukup berpengaruh untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi sampai 5,2% di 2025.

Berbagai indikator ekonomi menunjukkan perlambatan yang berkelanjutan, memicu keraguan pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

“Dampaknya tidak terlalu besar bagi daya beli masyarakat,” ujar Wijayanto kepada Kontan.co.id, Selasa (29/7/2025).

Menurut Wijayanto, salah satu stimulus langkah yang seharusnya diberikan diskon tarif listrik, karena efektif dan terbukti paling tepat sasaran.

Selanjutnya: Daftar 10 Pemain Termahal di Piala AFF U-23 2025, Ada Ferrari Hingga Kadek Arel

Menarik Dibaca: Promo Richeese Factory Paket Pengajar Senin-Kamis, 2 Firewings + Nasi Rp 22.000-an

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×