kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Inflasi Akibat Kenaikan Harga Pangan Berpotensi Menambah Angka Kemiskinan


Minggu, 10 Juli 2022 / 12:08 WIB
Inflasi Akibat Kenaikan Harga Pangan Berpotensi Menambah Angka Kemiskinan
ILUSTRASI. Penyumbang inflasi di Indonesia salah satunya adalah kenaikan harga pangan.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan inflasi yang terjadi di Indonesia mengharuskan pemerintah berpikir lebih keras untuk menekannya.

Ekonom Center Of Reform Economics (CORE) Yusuf Rendy Manelit, melihat penyumbang inflasi di Indonesia salah satunya adalah kenaikan harga pangan. Kata dia, inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga pangan berpotensi menambah angka kemiskinan di Indonesia.

“Kenaikan laju inflasi ada pengaruhnya terhadap batas garis kemiskinan, umumnya kenaikan inflasi juga akan meningkatkan garis kemiskinan. Kondisi inilah yang kemudian berpotensi meningkatkan jumlah penduduk miskin,” kata Rendy kepada Kontan.co.id, Minggu (10/7).

Baca Juga: Rupiah Lemah, Waspada Inflasi Biaya Impor

Terlebih Rendy menekankan, angka kemiskinan akan meningkat jika kenaikan harga pangan terjadi pada komoditas strategis yang umumnya dibutuhkan oleh hampir semua masyarakat. Oleh karenanya Rendy menyebutkan perlu langkah mitigasi yang baik dari pemerintah dalam mengatasinya.

Pertama, pemerintah perlu memastikan agar harga pangan ini tidak naik lebih menggila. Hal tersebut bisa dilakukan dengan memantau ataupun operasi pasar dan memastikan produksi komoditi pangan khususnya pangan strategis mencukupi, setidaknya sampai dengan akhir tahun 2022.

“Sehingga ketika konsumen meningkatkan permintaan terhadap komoditas pangan ini tidak akan diikuti dengan kenaikan laju harga,” kata Rendy.

Baca Juga: Lonjakan Inflasi Tekan Optimisme Konsumen

Kedua, bantuan langsung yang diberikan oleh pemerintah. Rendy menjelaskan, sebenarnya bantuan yang disalurkan oleh pemerintah saat ini yang salah satunya memberikan subsidi dalam bentuk sembako sudah tepat. Sehingga hal ini dapat menjaga daya beli masyarakat ketika terjadi kenaikan harga pangan.

Namun dia menilai dalam keadaan seperti sekarang, mereka yang mendapatkan batuan bukan hanya mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan tetapi juga masyarakat yang hidup di sekitar garis kemiskinan.

“Saya kira masyarakat yang katakanlah hidup di sekitar garis kemiskinan juga perlu mendapatkan perhatian bantuan jika memang nanti harga pangan mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Hal ini dimaksudkan agar angka kemiskinan kita tidak bertambah,” tutur Rendy.

Baca Juga: Intip Investasi ala Warren Buffett di Pertengahan Tahun 2022

Seperti yang diketahui, kenaikan harga pangan telah terjadi di beberapa bulan terakhir. Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan ini pun mengakibatkan lonjakan inflasi di dalam negeri. Bahkan, inflasi melampaui level yang ditetapkan pemerintah sebesar 2%-4% pada APBN 2022.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengungkapkan, lonjakan harga cabai rawit menjadi salah satu pendorong utama inflasi Juni 2022 yang tembus 4,35% year on year (yoy). Realisasi inflasi pun tercatat tertinggi sejak Juni 2017.

"Penyumbang inflasi pada Juni berasal dari komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan telur ayam ras," ujar Margo dalam konferensi pers virtual, Jumat (1/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×