kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.035.000   26.000   1,29%
  • USD/IDR 16.449   -2,00   -0,01%
  • IDX 7.875   73,42   0,94%
  • KOMPAS100 1.102   12,94   1,19%
  • LQ45 798   4,94   0,62%
  • ISSI 269   3,36   1,26%
  • IDX30 414   2,88   0,70%
  • IDXHIDIV20 482   4,52   0,95%
  • IDX80 121   0,91   0,76%
  • IDXV30 133   1,86   1,41%
  • IDXQ30 134   1,23   0,93%

Industri manufaktur menunjukkan geliat ekspresif di tengah pandemi Covid-19


Selasa, 27 Juli 2021 / 19:45 WIB
Industri manufaktur menunjukkan geliat ekspresif di tengah pandemi Covid-19
ILUSTRASI. Aktivitas produksi di industri logam


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom  Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Ina Primiana mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 industrti manufaktur menunjukkan geliat yang cukup ekspresif.

Hal tersebut terlihat dari beberapa faktor, pertama, jika dilihat dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat di 2021 pada Mei sekitar 55,3 dan pada Juni 53.5. “ Angka ini belum pernah dicapai sebelum masa pandemi. Bahkan pada 2019 saja tercapai angka yang di atas 53. Jadi ini menurut saya sangat luar biasa, dan menunjukkan ekspansi,” ujar Ina dalam sesi diskusi virtual, Selasa (27/7).

Sejak pandemi juga insustri farmasi menjadi industri yang pertumbuhannya paling baik yaitu di angka 11,46, dan industri dengan kontribusi terbesar, yakni makanan dan minuman yang mampu tumbuh lebih baik di kuartal I 2021 yaitu 38,0  dibanding 2020.

Baca Juga: Indonesia dan Jepang kerja sama kembangkan kualitas SDM industri otomotif

Kedua, Ina melihat, kontribusi ekspor sektor industri sebesar 79,42% terhadap total ekspor nasional sebesar US$ 83,89 miliar. Ekspor nonmigas ke Tiongkok mencapai US$ 4.1341 juta, ke Jepang US$ 1.362,7, USA US$ 2.125,8 juta, dan ke Malaysia sebesar US$ 851,9 juta.

Ketiga, kinerja investasi pada 2020 mengalami peningkatan terutama didorong dari sektor industri logam dasar, industri makanan dan minuman serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang mencapai Rp. 36,30 triliun. “Kalau tidak ada pandemi tidak pernah ada kenaikan seperti ini, ini harusnya dijaga momentum ini karena ini tidak gampang,” tandasnya. 

Selanjutnya: Simak proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari berbagai lembaga ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×