CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Indonesia Perjuangkan Perdagangan Karbon untuk Laut


Selasa, 12 Mei 2009 / 09:18 WIB


Sumber: KONTAN |

MANADO. Upaya keras Pemerintah menyelenggarakan World Ocean Conference and Coral Triangle Initiative (WOC/CTI) akhirnya terlaksana juga. Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numbery resmi membuka konferensi kelas dunia tersebut, Senin (11/5) kemarin.

Kalau acara ini berakhir sukses, Indonesia berharap dunia bersepakat soal pentingnya kelestarian terumbu karang bagi penyerapan karbon di laut. Dan yang lebih penting lagi, Indonesia akan memperjuangkan perdagangan karbon untuk laut.

Selama ini, dunia terus menyerukan pentingnya penyelamatan terumbu karang. Masalahnya, negara-negara pemilik terumbu karang tidak mempunyai duit yang cukup untuk melakukan pelestarian.

Menurut penasehat delegasi Indonesia di sidang itu, Sarwono Kusumaatmadja, WOC bisa menjadi sarana pengambilan kebijakan tentang laut. “Kebijakan ini bisa menjadi agenda dalam Konferensi Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, Desember 2009 dan perjanjian internasional setelah Protokol Kyoto 2012," katanya usai pembukaan Senior Official Meeting (SOM) WOC di Manado, Senin (11/5).

Indonesia memang layak mengusulkan agenda itu dalam Konferensi Perubahan Iklim tersebut. Lihatlah, negara ini mempunyai laut yang sangat luas, dan merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia. Indonesia, lanjut Sarwono, bisa berperan besar melalui KTT CTI karena Indonesia mempunyai wilayah terluas pada Segitiga Terumbu Karang.

Menurut Sarwono, Indonesia juga bisa menjadi pusat riset dan pusat kebijakan untuk itu. "WOC dan CTI bisa menjadi permulaan dari kebijakan yang lebih komprehensif tentang isu kelautan," kata mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup itu.

Selain itu, Sarwono mengusulkan pentingnya badan internasional di bawah PBB yang khusus menangani isu kelautan ini secara global.

Freddy menambahkan, dunia perlu bersikap terbuka soal isu-isu lingkungan semacam ini. Bagi Indonesia, hal ini penting untuk menghadapi masalah kelautan. “Kalau tidak, kita bisa tidak tahu apa-apa kalau kemudian ada pulau tenggelam,” tandasnya.

Maka, dalam sidang ini, Indonesia juga berkepentingan mengegolkan Deklarasi Manado. Freddy optimistis, kepentingan Indonesia mendapat dukungan dari berbagai negara yang dikenal sebagai pemain utama “politik iklim”, yakni Amerika Serikat, Australia, Jepang, Kanada, China, dan Jerman. ”Kalau mereka memberi komitmen, ini langkah maju,” ujarnya.

Yang pasti, Indonesia telah menerima kucuran hibah dari Amerika Serikat sebesar US$ 250 juta untuk rehabilitasi terumbu karang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×