Reporter: Handoyo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Reaktivasi perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) kini memasuki putaran ketiga. Kedua negara menyepakati bentuk kerja sama ekonomi didesain lebih modern dan komprehensif.
“Sesuai dengan kesepakatan kedua Menteri Perdagangan, Indonesia dan Australia sepakat bahwa IA-CEPA merupakan bentuk kerja sama ekonomi yang komprehensif dan modern yang sifatnya bukan tradisional free trade agreement (FTA)," kata Ketua Kelompok Perunding Indonesia Deddy Saleh dalam siaran persnya, minggu (8/5).
Menurut Deddy, bentuk kerja sama IA-CEPA ini akan saling menguntungkan, win-win arrangement, dan dapat dicapai secara realistis dengan menghasilkan kesepakatan awal (early outcomes) yang dapat segera dimplementasikan.
Sementara itu, Ketua Delegasi Australia Frances Lisson menuturkan bahwa dalam perundingan putaran ke-3 ini, kedua pihak sepakat untuk mempermudah implementasi IA-CEPA.
“Pada perundingan kali ini, telah disepakati bahwa implementasi dari IA-CEPA akan dilakukan lebih mudah sehingga pelaku usaha lebih cepat mengambil manfaat kerja sama ini,” ujar Frances Lisson.
Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo meyakini reaktivasi perundingan IA-CEPA sangat menguntungkan kedua negara. Perundingan ini juga menjadi upaya mempererat hubungan perdagangan Indonesia dan Australia dalam konteks yang lebih luas.
“Dengan kembali aktifnya perundingan ini, Indonesia dan Australia memasuki babak baru untuk meningkatkan hubungan perdagangan bilateral, baik sektor barang dan jasa, serta dapat mengundang lebih banyak investasi ke Indonesia. Selain itu, juga meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan, pariwisata, serta hubungan people-to-people yang lebih erat,” tegas Iman.
Menurut Iman, selama perundingan, kedua negara mencapai beberapa kesepakatan awal. Salah satunya, Indonesia-Australia sepakat melibatkan para pelaku usaha secara aktif selama perundingan berlangsung. Perundingan juga sepakat mendorong kerja sama di berbagai sektor, termasuk pendidikan, tenaga kerja, keuangan, pertanian, inovasi pengolahan makanan, pariwisata, dan infrastruktur.
Iman menilai pembahasan IA-CEPA mengalami kemajuan pesat. Ke depan, kerja sama ini diharapkan membawa perubahan penting bagi Indonesia yang lebih besar.
Tren perdagangan turun
Di sektor perdagangan, tren perdagangan Indonesia dengan Australia pada periode 2011-2015 turun sebesar 4,25%. Sementara itu, total perdagangan Indonesia dengan Australia pada tahun 2015 mencapai US$ 8,5 miliar, atau turun 19,8% dari sebelumnya US$ 10,6 miliar di tahun 2014.
Nilai ekspor Indonesia ke Australia di tahun 2015 mencapai US$ 3,7 miliar. Sedangkan pada tahun yang sama, impor Indonesia dari Australia sebesar US$ 4,8 miliar. Dengan nilai tersebut, perdagangan Indonesia dengan Australia defisit sebesar US$ 1,1 miliar.
"Kami berharap IA-CEPA dapat membawa surplus perdagangan bagi Indonesia dan secara prinsip menguntungkan kedua negara," tutur Iman.
Masuknya sektor pendidikan dan jasa diharapkan mampu berbicara lebih besar dalam meningkatkan neraca perdagangan Indonesia dengan Australia. Kedua sektor ini belum banyak disentuh.
Selama ini komoditas ekspor Indonesia ke Australia meliputi other tubes & pipes, wood, tubes, pipes and hollow profiles, reception app for television dan tires. Sementara komoditas impor Indonesia dari Australia antara lain wheat & meslin, live bovine animals, cane, coal, dan iron ores.
Untuk menyelesaikan perundingan IA-CEPA, Tim Perunding kedua negara juga telah menyepakati program keja perundingan IA-CEPA dengan jangka waktu 18 bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News