kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indef sebut realisasi investasi di tahun lalu kurang berkualitas, kenapa?


Senin, 25 Januari 2021 / 19:04 WIB
Indef sebut realisasi investasi di tahun lalu kurang berkualitas, kenapa?
ILUSTRASI. umi.kulsum-Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati. KONTAN/Umi Kulsum.Indef: Pertamina akan kehilangan pelanggan bila tidak menurunkan harga Pertamax


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.Ekonom Senior Institute for Development in Economics and Finace (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan raport realisasi investasi sepanjang 2020 kurang berkualitas. Sebab, aliran modal yang masuk didominasi oleh sektor jasa.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi sepanjang Januari hingga Desember 2020 sebesar Rp 826,3 triliun. Komposisinya, Rp 413,5 triliun berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan Rp 412,8 triliun penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI).

Dari nilai realisasi tersebut, sektor jasa berkontribusi sebesar Rp 458,6 triliun atau setara 55,5% dari total pencapaian penanaman modal selama 2020. Mayoritas investasi sektor jasa antara lain berupa transportasi, gudang, dan telekomunikasi.

Baca Juga: Kepala BKPM: Empat perusahaan akan investasi di bidang mobil listrik di Indonesia

Di urutan kedua, realisasi investasi disumbang oleh industri pengolahan atau manufaktur sebesar Rp 272,9 triliun (33%), tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan Rp 49,1 triliun (5,9%), pertambangan Rp 42,6 triliun (5,2%), kehutanan Rp 1,8 triliun (0,2%), dan perikanan Rp 1,3 triliun (0,2%).

Enny mengatakan dominasi sektor jasa ini akan berdampak buruk terhadap industri manufaktur. Sebab ia bilang investasi pergudangan hanya sebagai tempat titip barang-barang impor. Alhasil, justru menambah beban daya saing produk-produk lokal, di tengah pelemahan daya beli masyarakat pada tahun lalu. 

“Ini sebenarnya persoalan yang krusial, karena investasinya hanya didominasi jasa logistik, sudah hampir dipastikan manufaktur tidak akan tumbuh ke depan kalau semakin banyak investasi jasa. Ini hanya memfasilitasi produk-produk China yang memang sejak tiga tahun lalu membanjiri pasar dalam negeri,” kata Enny kepada Kontan.co.id, Senin (25/1).

Selain itu, Enny menilai dampak investasi yang didominasi sektor jasa akan mempengaruhi penciptaan lapangan kerja yang rendah. Padahal saat ini karena dampak pandemi dan peningkatan jumlah penduduk, Indonesia musti banyak memberikan lapangan kerja baru.

Baca Juga: BKPM: Terpilihnya Joe Biden tidak berpengaruh terhadap investasi AS ke Indonesia

“Artinya pekerjanya (BKPM) bekerja secara parsial, yang penting ada yang masuk Indonesia saja biarpun sektor tersier. jangan sampai justru parsial begitu, bukan memperkuat industri dalam negeri, ini malah meluluhlantahkan. Barang impor makin banyak masuk inikan jadi kompetitor mengganggu ketahanan industri nasional dalam jangan panjang,” ujar Enny.




TERBARU

[X]
×