Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai, perlambatan angka pertumbuhan ekonomi yang pada kuartal I-2014 hanya menyentuh angka 5,21% harus dijadikan momentum untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi.
Direktur Indef, Enny Sri Hartati menyatakan, sumber pelambatan adalah menurunnya pertumbuhan sektor tradable atau sektor riil, terutama sektor industri, pertanian dan pertambangan.
Menurut Enny, stimulus fiskal harus fokus untuk membalik sumber pertumbuhan dari dominasi sektor non-tradable beralih menggerakkan sektor riil melalui berbagai insentif fiskal seperti tax holiday maupun tax allowance.
"Selain itu, pemerintah juga harus merealiasasikan secara nyata paket-paket ekonomi yang diluncurkan," ujar Enny dalam diskusi Indef di Jakarta, Selasa (20/5).
Lebih lanjut Enny mengungkapkan, akselerasi sektor industri dapat dilakukan dengan mempercepat insentif terhadap hilirisasi industri yang berbasis pertanian maupun pertambangan, dibarengi konsistensi kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah.
Oleh karena itu, menurut Enny, harus ada politik anggaran yang nyata untuk mendorong akselerasi pertumbuhan sektor riil dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 melalui percepatan penyerapan anggaran pada triwulan III-2014.
Enny menambahkan, esensi keberadaan APBN mestinya justru harus menjadi instrumen dalam mengantisipasi dan memitigasi berbagai potensi fluktuasi dan instabilitas perekonomian. "APBN harus merefleksikan arah kebijakan fiskal dalam mengoptimalkan fungsi alokasi produksi, stabilisasi dan pemerataan pembangunan ekonomi," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News